Warm zone atau zona hangat yaitu area dimana dilakukan proses tindakan dan proses dekontaminasi pada pasien.
Sehingga level paparan radiasi terhadap pasien lebih rendah.
Cold zone atau zona dingin adalah area dimana pasien sudah terdekontaminasi sehingga dinyatakan aman.
Ketiga zona tersebut harus menjadi perhatian dan diterapkan tenaga kesehatan pada kondisi darurat nuklir saat melakukan assessment klinis.
Maupun monitoring radiasi baik dalam kondisi prehospital maupun saat pasien diterima di rumah sakit.
Setiap pertukaran zona, tenaga kesehatan harus melakukan assessment mandiri melalui personal dosimeter atau alat ukur serapan radiasi yang dibekali kepada setiap petugas.
Setiap petugas kesehatan juga harus melakukan dekontaminasi mandiri sebelum berpindah ke zona dengan paparan radiasi yang lebih rendah.
Setiap petugas dibekali personal dosimeter, yaitu alat untuk mengukur seberapa banyak petugas itu sudah terpapar (radiasi).
Sehingga kalau sudah banyak terpapar harus diganti dengan petugas lain.
Kegiatan simulasi kegawatdaruratan bencana nuklir ini merupakan implementasi dari keputusan menteri kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/420/2018 yang menetapkan tiga rumah sakit rujukan Bencana Nuklir seperti RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. (RR)
Di sisi lain, kegiatan Simulasi kegawatdaruratan Bencana Nuklir ini juga membahas tentang hal yang perlu dipersiapkan rumah sakit dalam menghadapi kegawatdaruratan bencana nuklir.
“Jadi perlu dipersiapkan prosedur-prosedur atau rencana hospital disaster plan dikaitkan dengan kasus bencana nuklir,” papar Andreas Dewanto.
Menurut Koordinator K3 KSE Achmad Baiquni Yogyakarta Mahrus Salam, Indonesia sendiri memiliki tiga reaktor nuklir di tiga lokasi yang berbeda.
Yaitu reaktor TRIGA 2000 di Bandung, reaktor G.A. Siwabessy di Serpong Tangerang, dan RA Kartini atau Reaktor Atom Kartini di Yogyakarta yang berada di kawasan KSE Achmad Baiquni.
“Untuk kapasitas yang paling besar di serpong ada 30 megawatt, kemudian di bandung kapasitas maksimumnya 2 megawatt, sementara untuk di Yogyakarta 100 kilowatt," kata Mahrus.