Dikutip dari Kompas.com, Febri pernah memantau jalannya proses peradilan kasus korupsi di Indonesia, apalagi menyuarakan kasus korupsi Bendahara Partai Demokrat, Nazaruddin pada tahun 2011.
Dengan pengalamannya di bidang pemantauan pemberantasan korupsi, ia pun masuk dan dipercaya menjadi pegawai fungsional Direktorat Gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dirinya juga pernah dinobatkan sebagai aktivis/pengamat politik paling berpengaruh tahun 2011.
Penghargaan ini diberikan oleh lembaga riset politik Charta Politika Indonesia atas intensitas pernyataan Febri pada isu-isu korupsi.
Kemudian, Febri pun ditunjuk menjadi Juru Bicara KPK pada Desember 2016.
Berselang empat tahun, ia pun memutuskan untuk keluar dari KPK (2020).
Sementara itu, mantan kuasa hukum Putri Candrawathi itu mendirikan kantor hukum bernama Visi La Office bersama rekan di ICW, Donal Fariz, dan berkomitmen bahwa kantornya itu tidak mengurus kasus korupsi.
Saat menjadin advokat itu, kantor yang dibuatkan telah banyak menangani perkara hukum, salah satunya Putri Candrawathi.
Baca juga: Febri Diansyah Belum Dapat Pemberitahuan Resmi KPK Ihwal Pencekalan Dirinya ke Luar Negeri
Putri Candrawathi sendiri merupakan istri dari mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo yang terjerat kasus pembunuhan berencana terhadap ajudannya, Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J).
Febri pun tergabung dalam tim kuasa hukum Putri Candrawathi, hal itu menimbulkan pro dan kontra.
Dirinya sadar bahwa ini adalah pilihan profesionalnya sebagai seorang pengacara.
Namun, Putri Candrawathi yang dibelanya itu ditetapkan sebagai tersangka pada Jumat (19/8/2022).
Peran puti sebagai tersangka dalam kasus ini adalah melakukan kegiatan-kegiatan yang menjadi bagian dari perencanaan pembunuhan terhadap Brigadir J.
(Tribunnews.com/Pondra, Ilham, Sri Juliati) (Kompas.com/Irfan)