"Dalam pandangan saya, guna terlaksana semua tugas TNI yang telah ditetapkan, saya memiliki visi TNI yang PRIMA yaitu TNI yang profesional, responsif, integratif modern, dan adaptif," kata Agus.
"Dalam rangka membangun institusi TNI yang memiliki daya tahan dan daya gempur guna menghadapi serta mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang akan membahayakan integritas bangsa dan negara," sambung dia.
Untuk mewujudkan visi tersebut, kata dia, terdapat lima misi yang akan dilakukan.
Pertama, kata dia, memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara.
Kedua, lanjut dia, meningkatkan kemampuan yang responsif dalam menghadapi perkembangan lingkungan strategis.
Ketiga, sambung dia, memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kepolisian, kementerian, dan lembaga dan komponen bangsa lainnya.
Keempat, kata dia, mewujudkan percepatan modernisasi alutsista sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kelima, mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntunan tugas dan spektrum ancaman," kata dia.
Agus mengatakan stabilitas keamanan di Indonesia yang masih terkendali dan roda pemerintahan yang dapat berjalan lancar patut disyukuri.
Karena menurutnya, di belahan bumi yang lain saat ini sedang hidup dalam situasi perang yang mencekam, penuh dengan tekanan, dan ribuan nyawa menjadi korban.
"Bahkan hingga saat ini perang Rusia-Ukraina, dan konflik Israel-Palestina belum juga menunjukkan tanda-tanda berakhir. Hal tersebut patut menjadi renungan kita," kata dia.
"Bahwa konflik bersenjata dan perang terbuka dapat terjadi kapan saja dan dialami oleh negara manapun. Civis pacem parabellum. Jika menginginkan perdamaian, bersiaplah dengan perang," sambung dia.
Ia mengatakan adagium tersebut harus diingat kembali oleh semua komponen bangsa karena suatu sistem pertahanan negara tidak dapat dibangun dalam waktu singkat, setahun atau dua tahun.
Akan tetapi, lanjut dia, hal itu harus direncanakan dan disiapkan dalam jangka panjang.