TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka ditetapkan sebagai panglima Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Gibran di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Alasan Gibran jadi panglima lantaran berhasrat meraih kantong-kantong suara Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Padahal Jawa Tengah merupakan kandang banteng basis capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Gibran juga akan lebih banyak berkonsentrasi di Jawa Tengah pada pekan pertama kampanye Pilpres 2024, seperti disampaikan Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani beberapa waktu lalu.
Banyak pihak beranggapan strategi menunjuk Gibran jadi panglima di Jateng dan DIY untuk menggembosi suara Ganjar-Mahfud di kandang banteng.
Apakah benar demikian?
Tribunnews On Focus membahasnya dengan pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi.
"Dengan Gibran dijadikan komandan di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sepertinya mereka menganggap Jawa Tengah adalah the battle of ground, itu pertarungan hidup dan mati," ujar Ari Junaedi dalam wawancara eksklusif Tribunnews On Focus, Kamis (30/11/2023).
"Karena memang selama ini Jawa Tengah dianggap sebagai kantong gemuk suara PDI Perjuangan termasuk kemenangan Ganjar dan Jokowi. Oleh karena itu ini menjadi pertarungan yang "berdarah".
"Karena itu Jawa Tengah harus direbut," jelas Ari Junaedi.
Dia memahami adanya faktor Jokowi menjadi salah satu alasan Gibran ditempatkan sebagai panglima di Jawa Tengah dan DIY. Selain juga faktor Gibran di Solo.
"Tetapi sekali lagi, PDI Perjuangan dan Paslon nomor urut 3 pastinya akan mempertahankan habis-habisan benteng di Jawa Tengah dan Yogyakarta," ucapnya.
Dia juga mengingatkan selama ini PDI Perjuangan selalu menang di Jawa Tengah, termasuk kala Ganjar maju dua kali sebagai Gubernur Jawa Tengah.
"PDIP punya strategi el commandante."