Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024.
Sementara untuk 1 Syawal 1445 H atau Idulfitri, umat Muslim di Indonesia akan digelar pada 10 April 2024.
Baca juga: BI Siapkan Rp 260 Triliun untuk Kebutuhan Uang Tunai Selama Pemilu, Ramadan dan Lebaran
Penetapan ini dilakukan berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Penetapan itu ditandatangani Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas dan Sekretaris Atang Solihin pada 29 Desember 2023.
Baca juga: Kapan Puasa Ramadan 2024/1445 Hijriah? Simak Perkiraan Jadwalnya hingga Penetapan Muhammadiyah
"Di wilayah Indonesia tanggal 1 Ramadan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M," tulis keterangan resmi yang diterima, Kamis (19/01/2024).
"Di wilayah Indonesia tanggal 1 Syawal 1445 H jatuh pada hari Rabu Pahing, 10 April 2024 M," lanjut rilis tersebut.
Dalam penetapan PP Muhammadiyah juga diumumkan kapan umat Islam merayakan Idul Adha 1445H.
Di wilayah Indonesia tanggal 1 Zulhijah 1445 H jatuh pada hari Sabtu Legi, 8 Juni 2024 M.
Hari Arafah (9 Zulhijah 1445 H) jatuh pada hari Ahad Wage, 16 Juni 2024 M.
Dan, Iduladha (10 Zulhijah 1445 H) jatuh pada hari Senin Kliwon, 17 Juni 2024 M.
Diterangkan bahwa data dan kesimpulan yang dilampirkan itu menggunakan metode “hisab hakiki” dengan kriteria “wujudul-hilal”.
“Hisab Hakiki” adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya Matahari dan Bulan faktual (sebenarnya).
Baca juga: Niat Puasa Rajab Sekaligus Qadha Ramadan, Lengkap dalam Tulisan Arab, Latin hingga Terjemahan
Gerak dan posisi Bulan dalam metode ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi Bulan yang sebenarnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya.
Adapun “wujudul-hilal” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat Matahari terbenam, Bulan belum terbenam.
Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya Matahari berapa pun selisih waktunya.
Dengan istilah geometrik, pada saat Matahari terbenam posisi Bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya.
Untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudul hilal terlebih dahulu harus terpenuhi tiga kriteria secara kumulatif, yaitu:
1) sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara Bulan dan Matahari,
2) ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari, dan
3) ketika Matahari terbenam Bulan belum terbenam, atau Bulan masih berada di atas ufuk. Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dikatakanlah “hilal sudah wujud” dan sejak saat terbenam Matahari tersebut sudah masuk bulan baru Kamariah.
Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka dikatakanlah “hilal belum wujud” dan saat terbenam Matahari sampai esok harinya belum masuk bulan baru Kamariah, bulan baru akan dimulai pada saat terbenam Matahari berikutnya setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.