"Pak Harto yang begitu kuat, itu hanya perlu waktu 2,5 bulan jatuh. Saudara tahu 23 Maret sampai 21 Mei. Dua bulan. Kalau ada yang menghitung mulai sidangnya 11 Maret ya 2,5 bulan. Jatuh juga. Gampang sekali jatuh. Sehingga lalu lahir reformasi," sambung Mahfud.
Pada sesi tanya jawab, Mahfud pun lantas mendapatkan pertanyaan dari seorang mahasiswa perihal Orde Baru.
Menurut peserta tersebut, rezim Orde Baru mewariskan ketakutan melalui museum-museum yang sampai saat ini masih ada, satu di antaranya Museum Pengkhianatan G30S/PKI di Lubang Buaya Jakarta Timur.
Menurut mahasiswa itu, kesan dan suasana yang ia rasakan ketika mengunjungi museum-museum "Orde Baru" adalah muram dan menakutkan, berbeda dengan museum-museum lain yang bukan museum "Orde Baru".
Peserta itu pun lantas bertanya kepada Mahfud apa yang perlu dilakukan agar ketakutan yang diwariskan Orde Baru tersebut berakhir.
Ia pun sempat mengutarakan idenya perihal perlu atau tidaknya membangun museum-museum kolektif yang menjelaskan sejarah dengan lebih terang benderang.
Baca juga: Anies Baswedan Bicara Kedamaian Era Orde Baru: Karena Ada Pegang Senjata, Namanya Kedamaian Semu
Mendengar pertanyaan tersebut, Mahfud mengkonfirmasi ada kebijakan pemerintah di masa lalu yang diskriminatif.
"Sekarang orang dianggap sama. Sekarang peninggalan-peninggalan, monumen, situs, dan sebagainya itu karena dibuat pada masa tertentu. Dan sekarang belum ada keputusan resmi sejarahnya seperti apa, maka sekarang belum ada pemerintah yang mau mengusik ini," kata Mahfud.
"Ya memang, sekarang museum-museum itu yang dibuaat di zaman Orde Baru yang selalu menjadi tujuan wisata, kan sekarang tidak lagi. Di Yogyakarta dulu ada Monumen Yogya kembali, sekarang tidak ada orang rekresasi ke sana. Dulu anak sekolah kan harus ke sana," sambung dia.