Direktur Corporate Affairs PT Nestle Indonesia, Sufintri Rahayu menjelaskan bahwa sustainability atau yang biasa dikenal dengan ESG (Environmental, Social, and Governance) di lingkungan PT Nestle Indonesia bukanlah sebuah pekerjaan, melainkan sebuah mindset (cara berpikir), yang menjadi value (nilai) dalam menjalankan operasi bisnis.
Menurut Sufintri, apa pun jabatan yang diemban di PT Nestle Indonesia harus ditanamkan cara berpikir dan pemahaman tentang sustainability atau ESG, karena sustainability bukan hanya tentang energi, pertanian hijau, atau pun air, tapi lebih kepada pemahaman yang mendalam.
“Jadi kaitannya dengan Prakerja, itu mungkin di Prakerja bisa dimasukkan saja mengenai kurikulum understanding mengenai sustainability, baik itu nanti dia akan menjadi sebuah Accountant, dia mau menjadi sebuah CFO, atau menjadi Marketer, they should understand about ESG,” ujar Sufintri.
Baca juga: Temu Alumni Prakerja di Manado, Tekankan Pentingnya Upskilling dan Reskilling
Manajer Pengembangan Ekosistem Sektor Publik Prakerja Ferdy Fabian mengatakan, pemerintah melalui program Kartu Prakerja telah menambahkan pelatihan green skills ke dalam platform Prakerja sejak 2020.
Upaya tersebut dapat membuka peluang bagi masyarakat luas untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing di pasar kerja sebagai kunci menuju sustainable society.
Ferdy menuturkan, keterampilan hijau atau green skills menjadi penting dalam berbagai sektor industri, mengingat peluang pekerjaan yang membutuhkan green skills saat ini juga meningkat signifikan.
“Jadi ketika demandnya tinggi terhadap green skills, peran pendidikan dan pelatihan vokasi ini sangat penting, supaya angkatan kerja bisa beradaptasi terhadap green economy maupun ekonomi sirkular. Lembaga pelatihan juga harus mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan maupun kompetensi baru, melalui berbagai data dan kemudian mengintegrasi hal tersebut,” kata dia.