Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, kembali menerima kunjungan pejabat dan delegasi dari Papua Nugini (PNG) pada Rabu (20/3/2024).
PLBN yang dikelola Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) ini kemudian menggelar rapat koordinasi antara instansi Customs, Immigration, Quarantine, and Security (CIQS) PLBN Skouw dengan CIQS Border Post Wutung di Papua Nugini.
Baca juga: Kantor Imigrasi PLBN Entikong Tarik Dokumen Perjalanan 21 WNI yang Dipulangkan KJRI Kuching
Pertemuan ini dihadiri Konsulat RI-Vanimo, Allen Simarmata, yang menjembatani kedua negara berdiskusi untuk mendapat kesepakatan.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang PLBN Skouw, Brendina Mathilda Pusung menjelaskan ada beberapa pembahasan yang berkembang dalam pertemuan tersebut.
Salah satunya soal Traditional Border Card (TBC) yang banyak digunakan masyarakat Papua Nugini untuk berdagang di kawasan PLBN Skouw banyak sudah kedaluwarsa.
Sebagai informasi TBC adalah prosedur izin perlintasan antarnegara yang dikeluarkan Pemerintah Papua Nugini kepada warganya yang ingin melintas ke Indonesia sesuai perjanjian lintas batas antarnegara.
TBC berbentuk kartu berwarna kuning.
Sedangkan Pemerintah RI menerbitkan Pas Lintas Batas berbentuk buku berwarna merah kepada warga negara Indonesia (WNI) yang hendak melintas ke PNG.
"Pihak imigrasi Indonesia memberikan masukan agar TBC yang digunakan masyarakat PNG banyak sudah expired agar kembali dibuatkan kartu barunya," ujar Mathilda dalam keterangannya, Jumat (22/3/2024).
Baca juga: Cek PLBN Jagoi Babang Bengkayang, Panglima TNI Dapat Laporan Masih Maraknya Penyelundupan
Pihak Papua Nugini menanggapi hal tersebut dengan menyampaikan bahwa penerbitan kartu lintas batas yang baru masih dalam proses percetakan di Port Moresby.
Selain itu, dalam rapat koordinasi tersebut juga dibahas soal perlintasan melalui jalur tidak resmi.
Pertemuan juga membahas gagasan pemeliharaan patok perbatasan negara MM1 yang ada di wilayah Wutung, Papua Nugini dapat dilakukan secara bersama untuk menandai hubungan erat kedua negara.
"Kedua pihak setuju perlu dilakukan rapat persiapan setelah lintas instansi masing-masing memberikan pertimbangan positif dengan menentukan titik dan waktu bertemu di MM1," kata Mathilda.