News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat Pertanyakan Tujuan Mendikbud Pilih Rombak Seragam Sekolah Ketimbang Benahi Sistem

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa siswi menyalami para guru saling maaf memaafkan saat Halal Bihalal Idul Fitri 1445 H di SDN 026 Bojongloa, Jalan Cibaduyut Raya, Kota Bandung, Selasa (16/4/2024). Acara halal bihalal yang dihadiri seluruh siswa dan guru ini mengawali hari pertama masuk sekolah serentak di Jawa Barat setelah menjalani libur Lebaran 2024 dari 3 April hingga 15 April 2024. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Laporan Wartawan Tribunnnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Program dan Litbang Institut Jakarta, Agung Nugroho mempertanyakan alasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim yang merombak seragam sekolah yang bertujuan menanamkan nasionalisme hingga kedisiplinan siswa.

Padahal menurutnya kedisiplinan dan nasionalisme datang dari nilai ketauladanan yang diberikan kepada siswa sebagai contoh, bukan dari bentuk dan model seragam sekolah.

"Padahal menanamkan nasionalisme dan kedisiplinan tidak terkait dengan bentuk dan model seragam sekolah. Tapi lebih pada nilai-nilai ketauladanan yang diberikan untuk dapat dijadikan contoh oleh anak-anak kita," ujar Agung kepada wartawan, Selasa (16/4/2024).

Agung menjelaskan pendidikan yang berkualitas diharapkan demi kemajuan suatu bangsa, bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, tapi juga sebagai ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan transformasi nyata.

Nadiem dipandang tak menaruh fokus pada perbaikan sistem pendidikan tapi hanya sibuk dengan urusan perombakan seragam sekolah.

Padahal lanjutnya, banyak masalah pendidikan yang belum terselesaikan.

Misalnya akses terbatas ke pendidikan, ketimpangan pendidikan, kualitas guru dan tenaga pendidik, kurikulum yang tidak relevan, kualitas fasilitas dan infrastruktur tidak memadai, kesenjangan digital dan kualitas ujian dan evaluasi.

"Sangat disayangkan seorang Mendikbud bukan fokus pada perbaikan sistem pendidikan," ucap Agung.

Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam pandangan Presiden pertama RI Soekarno, nasionalisme harus dapat membentuk karakter percaya pada kemampuan diri sendiri serta menumbuhkan ikatan solidaritas.

Sehingga Nadiem dinilai perlu belajar makna dari nasionalisme tersebut.

"Nasionalisme hanya dijadikan alasan oleh Mendikbud yang justru lebih mirip negara fasis dengan masih mengeluarkan kebijakan seragam sekolah," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini