Laporan Wartawan Tribunnnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Program dan Litbang Institut Jakarta, Agung Nugroho mempertanyakan alasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim yang merombak seragam sekolah yang bertujuan menanamkan nasionalisme hingga kedisiplinan siswa.
Padahal menurutnya kedisiplinan dan nasionalisme datang dari nilai ketauladanan yang diberikan kepada siswa sebagai contoh, bukan dari bentuk dan model seragam sekolah.
"Padahal menanamkan nasionalisme dan kedisiplinan tidak terkait dengan bentuk dan model seragam sekolah. Tapi lebih pada nilai-nilai ketauladanan yang diberikan untuk dapat dijadikan contoh oleh anak-anak kita," ujar Agung kepada wartawan, Selasa (16/4/2024).
Agung menjelaskan pendidikan yang berkualitas diharapkan demi kemajuan suatu bangsa, bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, tapi juga sebagai ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan transformasi nyata.
Nadiem dipandang tak menaruh fokus pada perbaikan sistem pendidikan tapi hanya sibuk dengan urusan perombakan seragam sekolah.
Padahal lanjutnya, banyak masalah pendidikan yang belum terselesaikan.
Misalnya akses terbatas ke pendidikan, ketimpangan pendidikan, kualitas guru dan tenaga pendidik, kurikulum yang tidak relevan, kualitas fasilitas dan infrastruktur tidak memadai, kesenjangan digital dan kualitas ujian dan evaluasi.
"Sangat disayangkan seorang Mendikbud bukan fokus pada perbaikan sistem pendidikan," ucap Agung.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam pandangan Presiden pertama RI Soekarno, nasionalisme harus dapat membentuk karakter percaya pada kemampuan diri sendiri serta menumbuhkan ikatan solidaritas.
Sehingga Nadiem dinilai perlu belajar makna dari nasionalisme tersebut.
"Nasionalisme hanya dijadikan alasan oleh Mendikbud yang justru lebih mirip negara fasis dengan masih mengeluarkan kebijakan seragam sekolah," katanya.