Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berharap agar masalah kesehatan yang ada saat ini dapat diatasi bersama-sama serta terintegrasi dari pusat hingga ke daerah.
Jokowi mengatakan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maju karena pada tahun 2030an Indonesia akan memperoleh bonus demografi.
Dan sektor kesehatan memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Kesehatan sangat penting bahkan dibandingkan pendidikan untuk menjadikan anak pintar.
Karena, kata Jokowi, jika pintar tapi tidak sehat maka hal tersebut kurang dapat memberikan manfaat.
"Kita bisa meraih peluang ini dan melesat menjadi negara maju, tapi kalau tidak (dimanfaatkan bonus demografi) Mohon maaf," kata Presiden di acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) dilansir Tribunnews dari website resmi Kementerian Kesehatan, Kamis (25/4/2024).
Untuk itu, lanjut Presiden, diperlukan rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, rencana induk kesehatan yang sejalan baik di pusat sampai daerah.
Baca juga: Rawat Inap Penyakit Influenza Capai Rp 1.396 Trilliun, Masyarakat Diimbau untuk Vaksinasi
"Semuanya harus in line, harus satu garis lurus. Oleh karena itu kita ingin mengkonsolidasikan hal itu dan mengintegrasikan agar kerja kita bersama-sama bisa menghasilkan sebuah hasil yang konkret dari persoalan-persoalan kesehatan yang kita miliki," jelas Jokowi.
Presiden berharap agar rencana induk kesehatan dapat segera selesai, sehingga bisa dijadikan pedoman pelaksanaan program kesehatan baik di pusat, daerah dan juga sektor swasta.
"Saya yakin jika semuanya berjalan kompak akan signifikan kemajuan dibidang kesehatan di negara kita," imbuh Presiden.
Masalah Kesehatan Perlu Diatasi Bersama-sama
Presiden menambahkan, saat ini masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) di sektor kesehatan yang perlu bersama-sama diselesaikan.
Diantaranya adalah masalah stunting yang meski mengalami lonjakan penurunan cukup signifikan yakni dari 37 persen kasus Stunting di Indonesia 10 tahun lalu menjadi 21,5 persen. di Desember 2023 kemarin.
Menurut Presiden mengatasi stunting bukanlah hal yang mudah dan perlu melibatkan berbagai sektor untuk mengatasinya.
"Stunting akhir tahun kemarin angkanya masih 21,5 persen sudah turun, tapi seharusnya Kita mencapai 14 persen. Tapi saya hitung ini tidak mudah, untuk mengatasinya program ini harus terintegrasi" kata Presiden.
Selain stunting, persoalan yang menjadi sorotan adalah tingginya angka Kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM).
Presiden menyebut tiga penyakit PTM yang menyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia.
Yakni penyakit stroke sebanyak 330 ribuan kasus Kematian, penyakit jantung sekitar 300 ribu kematian dan kanker juga mencapai 300 ribu kasus Kematian.
Lebih lanjut Presiden mengatakan, persoalan lain yang juga besar di kesehatan adalah ketersedian tenaga kesehatan.
Saat ini jumlah dokter dan dokter Spesialis di Indonesia masih kurang dimana rasionya hanya 0,47 dan menempati urutan 147 di dunia.
Presiden juga menyoroti masih tingginya Masyarakat Indonesia yang berobat keluar negeri.
Menurutnya hampir satu juta warga negara Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri dibanding di dalam negeri.
Secara hitungan ekonomi negara kehilangan sekitar Rp 180 triliuan setiap tahunnya.
Terkait kesedian bahan baku obat juga menjadi catatan, dimana 90 persen masih impor.
Sementara untuk alat-alat kesehatan 52 persen juga masih didatangkan dari luar negeri.
" Untuk alat kesehatan itu tidak apa, tapi jangan sampai jarum, selang dan alat infus kita masih impor juga, jangan, kita harus produksi sendiri," tutup Presiden.