"Ndak ada, ndak ada penjelasan lain (kecuali izin kunjungi kerabat di Jakarta). Kalau dari kita dia mengajukan izin ke rumah kerabat, itu sepengetahuan kita ," kata Agus.
Meski begitu Agus menuturkan bahwa saat ini pihaknya bersama Polres Metro Jakarta Selatan masih mendalami kematian Brigadir RAT yang diduga bunuh diri.
"Makannya untuk hal yang lain masih perlu pendalaman. Dari Polres Metro Jakarta Selatan kan
masih pendalaman kita juga masih melakukan pendalaman," pungkasnya.
Baca juga: Tak hanya Diduga Bunuh Diri, Kini Brigadir Ridhal Disebut Lalai, Cuti Tapi Bawa Senjata Api
Kabar Brigadir RAT menjadi ajudan polwan diungkapkan oleh sang istri yakni Novita Hussain.
Menurut Novita, sebelum pergi ke Jakarta dari asal mereka di Manado, Sulawesi Utara, suaminya pamit untuk urusan kerjaan.
"Ke Jakarta katanya menjadi ajudan. Saya tahu bosnya itu polwan yang bawa dia ke Jakarta," ujar Novita.
Namun, ia enggan menyebut nama bos suaminya itu.
"Mohon maaf," sambungnya.
Ia juga menambahkan bahwa sebelum dikabarkan meninggal dunia, suaminya sempat curhat soal pekerjaan. Dari curhatan itu, diketahui Novita, bahwa suaminya tak nyaman lagi bekerja dengan bosnya.
"Lewat telepon, almarhum bilang sudah tidak nyaman lagi kerja di situ. Saya tidak tahu apa maksudnya," ujarnya.
Pengusaha Tambang
Indra Pratama, pemilik rumah di Jalan Mampang Prapatan IV nomor 20, Jakarta Selatan mengaku mengenal sosok anggota Polresta Manado Brigadir Ridhal Ali Tomi alias RAT.
Dia menyebut mengenal korban saat dirinya berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut) untuk urusan pekerjaan.
"(Kenal) pada saat saya datang ke Manado. Ya urusan pekerjaan ya. Saya lupa tahunnya. Intinya itu saja," kata Indra.
Namun, dia membantah jika menjadikan korban sebagai pengawalnya. Dia tak memberikan penugasan apapun kepada korban.