Sementara itu, Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta mengungkap hasil visum luar jenazah Brigadir RAT.
Tim Kedokteran Forensik RS Polri, Asri Megatari mengatakan jenazah Brigadir RAT mengalami luka terbuka pada pelipis kiri dan kanan.
Ia memastikan luka tersebut disebabkan karena tembakan senjata api.
Tembakan tersebut dilakukan menempel di kepala.
Selain itu, Asri juga menyebut tidak ada peluru yang bersarang di kepala korban.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ronsen, terdapat patah tulang kepala akibat tembakan dari jarak dekat.
"Hasil ronsen menunjukkan bahwa tidak ada anak peluru di dalam rongga kepala. Sedangkan CT Scan menunjukkan bahwa terdapat patah tulang-tulang kepala," jelasnya.
"Dan dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh tubuh dan kami tidak menemukan tanda kekerasan pada tubuh," sambungnya.
Baca juga: Terkuak Fakta Baru Tewasnya Brigadir Ridhal, Sempat Turunkan Anak Kecil dan Wanita dari Mobil
6. Alasan Keluarga Tolak Autopsi
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Bintoro mengatakan pihak keluarga menolak autopsi jasad Brigadir RAT karena sudah melihat rekaman CCTV detik-detik korban mengakhiri hidup.
"Kan keluarga datang kesini, kami jelaskan bukti-bukti yang ada keterkaitan dengan CCTV ini maupun dijelasin juga dari ibu dokter forensik tadi bu Asri," kata Bintoro.
Setelah mendapat penjelasan dan bukti rekaman CCTV, keluarga akhirnya menolak autopsi terhadap jasad Brigadir RAT.
7. Kapolresta dan Kasat Lantas Polresta Manado Diperiksa
Terkait tewasnya Brigadir RAT, Kapolda Sulut memerintahkan agar Kapolresta dan Kasat Lantas Polresta Manado diperiksa.
Keduanya "Jadi sekali lagi tanpa sepengetahuan dari pimpinan atau kasatkernya di Polresta Manado," jelas Kabid Humas Polda Sulut, Kombes Pol Michael Irwan Thamsil, dikutip dari TribunManado.
Selain itu, Michael juga membantah tudingan yang menyebut Kapolresta dan Kasat Lantas Polresta Manado menerima uang Rp 10 juta dari pengusaha batu bara atau bos Brigadir RAT.