Selain itu, hadir juga Kapolda Mayjen Pol Hamami Nata, Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.
Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 10.00, mahasiswa dari berbagai kota, yaitu Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi berdatangan ke Universitas Trisakti untuk menyatakan belasungkawa.
Dua jam setelahnya, pukul 12.00, kerusuhan massa mulai terjadi di Jakarta.
Berbagai aksi perusakan dan pembakaran bangungan serta kendaraan bermotor terjadi.
Mulanya, kerusuhan terjadi di kawasan sekitar Kampus Trisakti, tetapi aksi perusakan dan pembakaran meluas hingga ke kawasan lainnya.
14 Mei 1998
Aksi kerusuhan yang kemarin hanya di Jakarta, di tanggal 14 Mei 1998 mulai menyebar ke kota-kota lainnya, seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
Pembakaran, perusakan, serta penjarahan toko dilakukan oleh massa.
Kota Bogor, Tangerang, dan Bekasi saat itu sudah lumpuh total.
15 Mei 1998
Presiden Soeharto yang mengetahu peristiwa Kerusuhan Mei 1998 bergegas kembali ke Tanah Air dari Kairo.
Waktu itu, muncul isu bahwa Presiden Soeharto bersedia untuk mundur dari jabatannya.
Akan tetapi, berita tersebut langsung ditampis oleh Menteri Penerangan Alwi Dahlan. Presiden Soeharto membantah bahwa ia bersedia mengundurkan diri.
Namun, jika kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soeharto sudah hilang, maka Presiden Soeharto bersedia untuk lengser dari jabatannya.
19 Mei 1998
Buntut menjalarnya kerusuhan di berbagai daerah, Presiden Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie.
Dalam pertemuan itu para tokoh membeberkan situasi terakhir. Mereka mengungkapkan, elemen masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Soeharto kemudian membuat reformasi, pada saat itu dia tidak mampu meredam massa.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.
Mengutip Kompas, dalam kerusuhan Mei 1998, angka resmi menunjukkan sebanyak 499 orang tewas.
Selain itu, lebih dari 4.000 gedung juga hancur atau terbakar.
Kerugian fisik yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia sendiri adalah sebesar Rp 2,5 triliun.