Meski demikian, ada potensi perayaan Idul Adha tahun ini akan diperkirakan sama alias tidak ada perbedaan.
Hal ini berdasarkan data hilal pada saat sidang isbat yang disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib.
Adib mengatakan, ketinggian hilal berada di atas ufuk antara 7° 15.82' sampai 10° 41.09', dengan sudut elongasi antara 11°34.83' sampai 13°14.47' di seluruh wilayah Indonesia.
"Hal tersebut sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan MABIMS," katanya dikutip dari kemenag.go.id.
Dalam posisi tersebut, berdasarkan data dan perhitungan, posisi hilal sudah berada di atas kriteria Imkanur rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Sesuai kriteria MABIMS, tinggi hilal adalah 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
"Artinya, secara astronomis, pada 7 Juni 2024, hilal diperkirakan dapat terlihat di beberapa wilayah di Indonesia. Tinggal nanti bergantung dengan cuaca setempat," kata Adib.
Dengan demikian, Adib menambahkan, hasil perhitungan Imkanur rukyat ataupun Wujudul Hilal penentuan awal bulan Zulhijah berpotensi memiliki kesamaan.
Sehingga, pada tahun ini, umat Muslim di Indonesia diperkirakan dapat merayakan hari Idul Adha secara serentak. Kendati begitu, Adib menekankan untuk menunggu hasil Sidang Isbat.
Nantinya, sidang Isbat Awal Zulhijah akan dimulai dengan seminar hybrid terkait kriteria penetapan awal bulan Hijriyah.
Setelah Magrib, acara dilanjutkan dengan Sidang Isbat secara tertutup. Hasil sidang isbat diumumkan melalui konferensi pers penetapan awal Zulhijah.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)