Pada 2023, Alvero mendapat tawaran dari atasannya untuk berangkat ke luar negeri.
Ia dibebaskan bekerja di negara mana saja, dan dirinya memilih Filipina.
"Karena Filipina tuh gua lihat kayak negara, yang dibilang maju sih enggak, (tapi) enak dilihatnya gitu," ujarnya.
Selama setahun bekerja di Filipina dengan gaji per bulan hingga Rp8 juta, Alvero pun pulang ke Indonesia pada Maret 2024 lalu.
Senada dengan Alvero, Bunga, juga bukan nama sebenarnya, juga pernah bekerja di Filipina sebagai admin judi online. Namun, nasib Bunga tak seberuntung Alvero.
Bunga mendapat penawaran menjadi admin judi online lewat Telegram, dengan iming-iming gaji mencapai Rp17 juta sampai Rp20 juta.
Baca juga: Bamsoet Ungkap Akar Permasalahan Judi Online: Daya Beli Masyarakat Terus Merosot
Bukan manis yang didapat, ia justru menjadi korban kekerasan dari atasannya hingga gaji yang didapat tidak sesuai janji.
Tak hanya itu, Bunga tak bisa leluasa beraktivitas karena diawasi sekuriti dan ponselnya disadap.
"Kami nggak bisa keluar, handphone kami disadap. Bahkan, seluruh sudut gedung sampai kamar pun ada CCTV. Sadisnya lagi, sekuriti kawasan di sana nenteng senjata api," kisah warga Batam ini, Selasa (18/9/2024), dilansir TribunBatam.id.
Selama bekerja, Bunga diminta untuk menyasar target orang-orang Indonesia.
Ada kejadian yang tak bisa dilupakan Bunga, yaitu saat seorang nasabahnya mengakhiri hidup akibat depresi karena judi online.
Hal itu diketahui dari pemberitaan media.
"Saya pernah punya nasabah sampai meninggal dunia. Sampai korban itu habis hartanya, semua dijualin. Dia sampai diceraikan istrinya. Saya melihatnya dari berita. Korban yang pernah saya target meninggal bunuh diri," pungkasnya.
Cerita warga negara Indonesia (WNI) menjadi pekerja untuk situs judi online, juga pernah dimuat dalam Harian Kompas edisi 14 Desember 2023.