Menurut Krishna, dampak judi online juga turut dirasakan China.
Ia menerankan, praktik judi online semakin marak sejak pandemi Covid-19, ketika penjudi di Mekong Raya mengalami pembatasan mobilisasi.
Karena itu, mereka pun mengembangkan judi online yang saat ini berkembang sampai ke Amerika.
Para pengembang judi online diketahui mempekerjakan orang-orang di wilayah yang akan dijadikan target.
Orang-orang itu kemudian diberangkatkan negeri-negeri sekitar Sungai Mekong untuk membantu mengoperasikan situs judi online.
"Karena adanya limited of movement, para travelers tidak bisa berjudi, mereka mengembangkan judi-judi online sejak pandemi Covid-19."
Baca juga: Lemkapi Dukung Komitmen Kapolri Berantas Judi Online
"Dan sejak itu judi-judi online makin berkembang ke seluruh wilayah-wilayah, bahkan sampai ke Amerika," urai Krishna.
"Misalnya apabila mereka mau mengembangkan judi online ke Indonesia, maka mereka merekrut orang-orang Indonesia, ratusan orang diberangkatkan, direkrut dari Indonesia diberangkatkan ke tiga negara tersebut," imbuhnya.
Transaksi Judi Online pada Januari-Maret 2024 Tembus Rp100 Triliun
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana, mengungkapkan transaksi judi online di Indonesia pada kurun waktu Januari-Maret 2024, telah mencapai Rp100 triliun.
Apabila angka itu ditambahkan dengan periode sebelumnya, maka transaksi seputar judi online tembus hingga Rp600 triliun.
"Ya tahun ini aja, tiga bulan pertama atau Q1 (kuartal pertama) sudah mencapai lebih dari Rp100 triliun."
"Jadi kalau dijumlah dengan periode tahun-tahun sebelumnya, lebih dari Rp600 triliun," ungkap Ivan beberapa waktu lalu, Jumat (14/6/2024), dilansir Kompas.com.
Sebagai tindak lanjut mencegah berlanjutnya transaksi judi online di Indonesia, PPATK telah memblokir setidaknya 5.000 rekening mencurigakan.
Sebagai informasi, secara demografi ada 2,37 juta pemain judi online di tanah air.