Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meminta tambahan anggaran kepada DPR sebesar Rp 100 miliar pada RAPBN 2025.
Tambahan anggaran tersebut bakal digunakan untuk pemberdayaan konten kreator, influencer serta para pegiat media sosial.
Sekretaris Utama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila(BPIP), Tonny Agung Arifianto, S.E., M.A.B menyebut alasan pengajuan tambahan anggaran senilai Rp 100 miliar pada RAPBN 2025 guna menyongsong Generasi Emas 2045.
Selain itu, Tonny juga menyampaikan kronologisnya, salah satunya karena tren penurunan anggaran BPIP dari tahun 2023 sampai pada tahun 2025.
“BPIP mengajukan anggaran tambahan sebesar 100 miliar rupiah dan ini tentunya tidak semata-mata bukan tanpa alasan karena memang tren anggaran BPIP terus mengalami penurunan dari mulai dari tahun 2023,” ujar Tonny Agung dalam pernyataan persnya yang diterima Tribun, Selasa(25/6/2024).
Tonny membeberkan, bahwa pagu anggaran BPIP berada di angka Rp 357 miliar pada tahun 2023. Lalu, pada 2024 pagu tersebut di angka Rp 342 miliar dan pada 2025 mendatang hanya sebesar Rp 299 miliar.
Tonny menyebut, BPIP dan kementerian-kementerian/Lembaga lain juga mengajukan tambahan anggaran salah satunya dikarenakan beragam kegiatan yang melibatkan banyak pihak, serta didasari atas kondisi kekinian guna menyongsong Indonesia Emas 2045 dan Bonus Demografi 2030 yang banyak didominasi oleh usia produktif dari kalangan milenial dan Gen-Z.
“Dari situlah sebenarnya yang mendasari kenapa Gen Z dan ini menyikapi bonus demografi, itu yang perlu kita antisipasi sehingga salah satu kegiatan usulan tambahan anggaran yang kita sampaikan adalah bagaimana memberdayakan seluruh pegiat media sosial, influencer, youtuber, tiktok, content creator yang tentunya menggunakan berbagai platform media sosial mulai dari youtube, instagram, tiktok dan lain sebagainya,” jelasnya.
“Konsepnya bukan kita membiayai mereka, tidak. Tapi kita mengadakan yang namanya coaching clinic atau istilahnya adalah bimbingan teknis untuk menyusun konten-konten yang sifatnya kreatif yang positif, yang terkait dengan aktualisasi Pancasila,” tambah Tonny.
Tonny berharap melalui kegiatan pemberdayaan dan pembinaan kepada para penggiat media sosial, diharapkan produksi konten-konten positif menyebar, terutama di Gen Z.
Lebih lanjut, Tonny juga menyampaikan bahwa BPIP telah melakukan pemberdayaan, pembinaan dan penguatan pengarusutamaan Pancasila pada pegiat media sosial yang telah dilakukan di Kota Cirebon dan Kota Malang yang telah melibatkan hampir ribuan peserta dari generasi muda dan pegiat media sosial.
“Para pegiat media sosial tidak hanya menampilkan konten-konten dari sisi komersialisasi saja, tetapi nilai-nilai Pancasila perlu dikembangkan. Maka itulah maksud dari tujuan penambahan kegiatan, bahwa bagaimana untuk memberdayakan dan membina para pegiat media sosial itu untuk memproduksi konten-konten yang kreatif yang sifatnya positif, tentunya yang sesuai dengan nilai nilai Pancasila. Itulah sebetulnya #PancasilaDalamTindakan yang juga merupakan slogan yang dibangun oleh BPIP,” pungkasnya.