News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ungkit Hasil Survei 50 Persen Guru Agama Intoleran, Alwi Shihab: Apa Jadinya kalau Tak Diatasi

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Alwi Shihab (kedua dari kiri) dalam konferensi pers pelaksanaan Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2024)/

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI periode 1999-2001 yang juga Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) 2016-2019, Alwi Shihab, menyinggung hasil survei pada tahun 2018 yang menyebutkan 50 persen guru agama terindikasi intoleran.

Ia mengatakan kondisi ini berbahaya jika dibiarkan atau adanya pengabaian. Sebab, guru agama merupakan pemimpin masa depan. 

Dirinya mempertanyakan apa jadinya bangsa Indonesia jika semua elemen tidak secara kolektif bertanggung jawab dalam mengatasi permasalahan tersebut.

"2018 bahwa guru-guru agama itu di atas 50 persen terindikasi intoleran dan ini bahaya sekali. Kalau guru agama intoleran mereka ini akan menjadi pemimpin-pemimpin kita pada masa yang akan datang, apa jadinya Indonesia kalau tidak kita secara kolektif bertanggungjawab untuk mengatasi hal ini," kata Alwi dalam konferensi pers praacara Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2024).

Peran masyarakat Indonesia dinilai penting untuk menciptakan kehidupan yang saling menghormati, menerima perbedaan, serta tidak menghakimi. 

"Kita tetap bertanggungjawab terhadap well being of our nation yang harus kita ciptakan melalui hubungan yang saling menghormati, bisa menerima perbedaan, tidak menghakimi sendiri dalam keseharian kita," ungkapnya. 

Menurut Alwi, pendekatan pendidikan jadi cara untuk mengatasi pemahaman yang radikal. 

"Termasuk melihat adanya pandangan-pandangan yang radikal yang gak boleh seperti 'Selamat Natal', tidak boleh merayakan hari ulang tahun, itu semuanya harus di-approach melalui pendidikan," lanjut dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini