Warga hanya tahu, rumah yang diserbu saat itu dihuni Susilo dan istrinya, yang mengontrak rumah itu enam bulan sebelumnya.
Tiga bulan setelah menghuni rumah kontrakan, Susilo baru menyerahkan KTP ke Ketua RT 03 saat itu, Pak Suratmin.
Selebihnya tidak banyak warga dan tetangga kontrakan mengetahui aktivitas Susilo dan istrinya.
Mereka tidak memeriksa rinci apa benar Susilo kerja di ponpes yang ia sebut.
Tapi istrinya, Putri Munawaroh, sejak tinggal di situ, menawarkan diri mengajar pengajian ke anak-anak sekitar jika sore.
Warga sekitar tidak pernah menyangka Susilo dan istrinya akan menampung Noordin Mohd Top dan kawan-kawan yang sedang diburu Densus.
Aktivitas di rumah itu juga tidak pernah mencurigakan.
Warga tidak pernah melihat kedatangan orang-orang asing siang maupun malam.
Karena itu ketika penggerebekan terjadi, semua terheran-heran.
Ternyata di dalam rumah itu ada pendatang, dan jumlahnya ternyata tiga orang pria.
Menurut istri Hendri, sempat muncul tanda tanya di benak warga, ketika belakangan Susilo kerap membeli air galon.
Seringnya pembelian air galon ini jadi tanda tanya karena warga tahunya hanya ada dua orang di rumah itu.
Konsumsi air bergalon-galon dalam tempo pembelian yang sering dirasa musykil, karena rumah itu menggunakan air PDAM.
"Tapi ya hanya sebatas bertanya-tanya saja, tidak lebih dari itu," kata perempuan yang tinggal di blok depan rumah kontrakan tersebut.
Tanda tanya lain, pintu rumah Susilo itu selalu tertutup rapat.