"Setelah itu memang lebih banyak mengikuti pendidikan informal hingga SMA," kata Azwin.
Kemudian, Azwin menuturkan HOK mulai mengetahui adanya jaringan Daulah Islamiyah ketika bergabung dalam sebuah grup di media sosial (medsos) pada November 2023 lalu.
Setelah itu, HOK ditawari oleh seseorang di grup tersebut untuk bergabung di grup medsos lainnya.
Selanjutnya, tersangka pun mau untuk bergabung ke grup tersebut meski harus membayar sejumlah uang yang dikumpulkannya dari uang jajan.
"Yang bersangkutan membayar dengan uang jajannya seperti aplikasi sosial media, kalau mau jadi membernya berbayar kemudian masuk dalam member tersebut," kata Azwin.
Baca juga: Terduga Teroris di Batu Belajar Rakit Bom dari Internet, Densus Temukan Penyimpanan Bahan Peledak
Dalam grup tersebut, Azwin mengatakan HOK dijejali konten-konten berbau propaganda Daulah Islamiyah.
"Seperti video-video eksekusi, video-video peperangan ISIS, kemudian video tentang baiat, kemudian tentang video penjelasan tindakan-tindakan yang dilakukan ISIS sudah sesuai dengan syariat Islam."
"Konten-konten tersebut melalui sebuah grup sosial media," katanya.
Masih Penasaran, HOK Ikut Grup Medsos Lintas Negara
Karena masih penasaran, Azwin menuturkan HOK ikut grup medsos lainnya yang bersifat lintas negara.
Dia mengatakan HOK akhirnya bergabung dengan dua channel Telegram yang berisi tentang pemerangan terhadap pemerintah yang tidak menegakkan hukum Islam.
Bahkan, channel tersebut turut mengunggah video terkait cara membuat bom.
"Kemudian video-video perang Daulah Islamiyah, cara-cara membuat bahan peledak, seri-seri tahuid dalam Daulah Islamiyah, kemudian lagu-lagu dan musik berisi propaganda-propaganda," tuturnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)