"Gimana ya mah, katanya pas hari H itu harus lepas kerudung cerita dia waktu itu pas wawancara," kata Sugiarti menceritakan kegalauan anaknya disuruh lepas jilbab.
Sugiarti mengatakan, sebagai orangtua tunggal dia hanya mendoakan semoga anaknya ini istiqomah (tetap teguh pendirian) memakai jilbab yang sudah dipakaihya sejak Sekolah Dasar.
"Apalagi bapaknya meninggal pas dia kelas 2 SMP, saya doanya semoga anak saya ini istiqamah tetap memakai jilbab," imbuhnya.
Bahkan katanya, Syta sempat meminta izin ke makam ayahnya untuk melepas jilbab saat terpilih menjadi anggota paskibraka.
"Anak saya cerita pas wawancara itu, mbak jawab demi menjalankan tugas negara ya siap (buka jilbab). Padahal, saya tahu dia gak pede (percaya diri) tanpa jilbab yang sudah dipakai sejak SD itu," katanya.
Tak Pernah Tandatangani Aturan Pemakaian Seragam Paskibraka Tanpa Jilbab
Curhat lain diungkapkan orangtua salah seorang paskibraka putri lainnya.
Mereka menyanyangkan kebijakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang meminta para peserta paskibraka melepas jilbab.
Mereka pun membantah menandatangani peraturan soal pemakaian seragam Paskibraka.
Salah seorang yang mengungkap kekecewaannya ialah Jeffri Ambros orangtua Rahma Az Zahra.
Dikatakannya, sang anak sudah memakai hijab sejak Taman Kanak-kanak (TK).
Dikonfirmasi pada Kamis (15/8/2024) Ambros mengaku sejak awal tak ada aturan soal larangan memakai hijab.
Diakuinya, ia hanya menandatangani surat izin dari orangtua.
"Tidak ada aturan soal buka jilbab. Yang kami tandatangani cuma surat izin dari orangtua," kata Ambros melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Kamis (15/8/2024).
Namun, ia mengaku tak mengetahui jika ada peraturan yang diteken anaknya ketika pembinaan di Cibubur, perihal pengenaan jilbab.