News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Mandiri Energi Desa Mundu Klaten: Warga Kelola Limbah Kotoran Sapi, Lingkungan Sehat dan Asri

Penulis: garudea prabawati
Editor: Dwi Setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Desa Mundu, Klaten, Jawa Tengah memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk keperluan sehari-hari, termasuk memasak hingga lampu penerangan petromax. (Doc LPTP Surakarta)

Pun warga, lanjut Pono tak lagi dirisaukan dengan harga juga kelangkaan LPG subsidi.

"Kami sudah tak membeli LPG lagi, dulu kami biasa membeli LPG untuk keperluan rumah sebulan 3 sampai 4 tabung gas kapasitas 3 kilogram (kg)," kata Pono.

"Dan sekarang nggak pakai lagi, jadi bisa lebih ngirit Rp60 ribu sampai Rp80 ribu per bulan," tambahnya.

Tidak hanya itu, sisa kotoran yang tidak habis menjadi biogas tak dibuang begitu saja, Pono memanfaatkan limbah biogas sebagai pengganti pupuk kandang.

Tumbuhan pangan yang hidup di lingkungan rumah warga pun dapat tumbuh subur.

Kembangkan Konsep Wisata Mandiri Energi

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Ternak Margo Mulyo Desa Mundu, Teguh Sutikno menambahkan bahwa program biogas di Desa Mundu menjadi hal positif bagi warga.

Baca juga: Memanen Manfaat dari Energi Surya di Atap Pasar Gedhe Klaten

Dikatakannya program biogas Desa Mundu melewati perjalanan panjang, berawal dari sistem arisan yang digunakan untuk pembangunan pengelolaan limbah kotoran sapi karena biaya masih mahal.

Arisan itu dimulai dari pembentukan kelompok kecil, yang berisi lima sampai 10 orang.

"Saat itu per anggota arisan gotong royong membangun digester biogas, dengan tiap anggota iuran Rp500 ribu hingga Rp 1 juta," ungkapnya.

Hingga kini Desa Mundu juga dikenal sebagai desa ekowisata, menjadi ruang bagi masyarakat luas belajar mengenai konsep dan penerapan sederhana energi alternatif di kehidupan sehari-hari.

"Desa Mundu tidak hanya dikenal sebagai desa penghasil susu sapi perah dan makanan olahan dari susu, namun juga sebagai desa mandiri energi," tutur Teguh.

Ke depan konsep wisata mandiri energi ini akan terus dikembangkan.

“Jadi kita membuka ruang untuk siapa saja yang ingin belajar dan bekerja sama dengan kami," pungkas Teguh.

Kurangi Efek Rumah Kaca

Digester biogas di Desa Mundu, Klaten, Jawa Tengah. Warga desa memanfaatkan limbah kotoran sapi untuk memproduksi biogas. Biogas ini dimanfaatkan untuk menghidupkan lampu petromax penerangan jalan hingga menyalakan kompor di dapur warga. (Doc LPTP Surakarta) ((Doc LPTP Surakarta))

Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM), Deendarlianto menambahkan dampak terhadap lingkungan menjadi salah satu pertimbangan penting untuk memproduksi energi hijau.

Penggunaan energi ramah lingkungan juga sejalan dengan upaya pemerintah mengurangi emisi karbon.

“Jika mengacu pada perencanaan energi nasional ke depan, Indonesia sudah memiliki rencana besar, yakni dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan soal transisi energi mengejar net zero emission (NZE) pada tahun 2060, kemudian pada tahun 2025 setidaknya bauran energi terbarukan dapat mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional,” ujarnya kepada Tribunnews.com, Sabtu (17/8/2024).

Pihaknya juga menerangkan biogas merupakan energi alternatif yang didapatkan dari gas metana dari kotoran hewan ternak maupun sampah organik (sisa makanan) yang telah membusuk.

Deen menyebut biogas menjadi salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Energi alternatif ini mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) dan menjadi salah satu energi terbarukan yang murah, aman, dan mudah untuk didapatkan oleh semua lini masyarakat. 

Dengan digunakannya biogas sebagai energi alternatif, polusi udara juga akan sangat berkurang, dikarenakan gas metana yang dihasilkan oleh pembusukan sampah sisa makanan merupakan polusi udara yang apabila terus menerus dihirup oleh manusia akan berdampak sangat serius.

Deen melanjutkan, pengolahan gas metana dari kotoran sapi menjadi biogas dapat mengurangi polusi udara.

Termasuk menciptakan sustainable cities, sehingga mengurangi efek rumah kaca yang diakibatkan oleh gas metana.

Deen juga menambahkan potensi biogas di Indonesia cukup melimpah, mengingat populasi penduduk yang padat termasuk adanya peternakan, seperti halnya di Desa Mundu, Klaten.

Di antara jenis ternak tersebut, sapi merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar yang mencapai 14,5 persen dari total emisi gas rumah kaca di dunia.

“Untuk itulah produksi biogas secara efektif akan menyeimbangkan karbon, menghemat pendapatan, sekaligus membantu memerangi perubahan iklim dan akses ke energi bersih,” tutup Deen.

(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini