TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri media digital saat ini menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal penurunan jumlah pengunjung dan pendapatan.
Merujuk data Reuters di bulan Januari 2024, disrupsi digital yang menjadi pemicu tantangan tersebut, sebenarnya sudah terjadi sejak 15 tahun lalu di tingkat global.
Sayangnya, beberapa media online gagal beradaptasi dengan cepat, yang menyebabkan mereka kehilangan audiens.
Sebagai dampak lainnya, publik kehilangan akses berita independen berkualitas,sementara masalah hoaks semakin meluas.
Menyikapi tren ini, lima perusahaan media mengungkapkan bagaimana mereka memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menghadapi disrupsi tersebut.
Director of Product Management & Brand Communication Detik Network, Sena Achari, menyatakan bahwa AI digunakan sebagai "kopilot" untuk meningkatkan efisiensi kerja, tanpa menggantikan peran utama jurnalis.
"Kami di Detik Network memiliki tim yang kuat di manajemen produk untuk mengemas konten agar tetap relevan bagi pengguna," kata Sena dalam Indonesia Digital Conference (IDC) 2024 di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Detik Network saat ini memiliki 12 produk yang menggunakan AI, termasuk detiktravel Escapes Uncovered yang dikembangkan pada era ChatGPT 3 melalui kolaborasi dengan tim bisnis internal. Produk ini bahkan telah menarik partisipasi dari maskapai internasional.
KG Media juga memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi konten.
"AI seharusnya digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, bukan menggantikannya," ujar Senior GM Technology KG Media, Johnsons.
Pedoman pemanfaatan AI di KG Media memungkinkan tiap brand di bawah naungannya tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan tujuannya dalam mencerdaskan bangsa.
IDN menggunakan AI untuk mendukung pekerjaan tim redaksi dan teknologi agar lebih sesuai dengan perubahan perilaku audiens.
"Dalam satu tahun, ada platform dan tipe konten baru, sehingga perilaku pembaca cepat berubah," kata Head of Product IDN, Ariel Aulia Widjaja.
Melalui riset, IDN menemukan bahwa Gen Z sering melakukan verifikasi informasi dari media sosial melalui platform mereka, sehingga format konten diubah menjadi short-form melalui produk 'Intinya Sih'.