TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Media sosial X ramai membahas unggahan munculnya awan tsunami atau awan Arcus di Indonesia.
Dikutip dari akun @zakiberkata, Senin (9/9/2024), awan tersebut biasanya muncul ketika peralihan musim atau pancaroba.
Sementara berdasarkan catatan BMKG, awan yang berbentuk seperti tsunami teramati pada pagi hari tanggal 10 Agustus 2020 di wilayah Meulaboh Aceh.
Apa Itu Awan Tsunami
Dikutip dari Kompas.com, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri menjelaskan, secara ilmiah dalam dunia meteorologi, awan tsunami dinamakan dengan awan awan Arcus.
Fitur awan Arcus dapat ditemukan di antara jenis awan Cumulonimbus maupun Cumulus. Awan Arcus adalah awan yang lazim terjadi meskipun frekuensi kejadiannya termasuk jarang.
“(Awan Arcus) memiliki tinggi dasar awan yang rendah serta formasi pembentukannya horizontal memanjang seolah-olah seperti gelombang,” ujar Winda kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2024).
Winda menerangkan, fenomena awan Arcus terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer.
Awan tersebut terbentuk di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembap.
Kondisi atmosfer seperti itu membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang.
“Kemungkinan (awan Arcus) pernah (muncul di Jawa Tengah), hanya saja kami belum pernah mendapatkan laporan ataupun dokumentasi terkait awan Arcus ini di sekitar wilayah Jawa Tengah,” ujar Winda.
Menurutnya, jika awan Arcus muncul di suatu wilayah, awan ini dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat.
Terjadinya hujan dan angin kencang akibat kemunculan awan Arcus dapat disertai dengan kilat atau petir di sekitar pertumbuhan awan.
Dikonfirmasi terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, kemunculan awan Arcus juga dipengaruhi oleh fenomena angin laut dalam skala yang luas mendorong massa udara ke arah daratan.
Keberadaan awan Arcus murni merupakan fenomena pembentukan awan yang terjadi akibat adanya kondisi dinamika atmosfer.
Guswanto menegaskan, tidak ada kaitan antara awan Arcus dengan potensi gempa, tsunami, termasuk hal-hal yang berbau mistis.
“Masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi kondisi cuaca buruk dan dapat selalu memperbarui informasi cuaca dari BMKG,” katanya dikutip dari laman BMKG, Selasa (11/8/2020).
Baca juga: Fenomena Awan Berlubang di Langit Jember, Warga Sebut seperti Ubur-ubur, BMKG: Awan Cavum
Masyarakat yang ingin memperoleh informasi terkini mengenai cuaca dari sumber resmi, BMKG dalam 24 jam terakir dapat mengunjungi laman bmkg.go.id, media sosial @infoBMKG, aplikasi iOS dan Android InfoBMKG, atau mendatangi kantor BMKG terdekat. (*)