TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Langkah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 lalu, menjadi bahan kajian tesis mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Jakarta, Abdul Rochim.
Hasil kajian ilmiah yang dilakukan Rochim menunjukkan bahwa strategi komunikasi politik Cak Imin maju sebagai cawapres mendampingi Anies Rasyid Baswedan sebagai langkah politik ciamik. A
pa yang dilakukan Cak Imin, tidak bisa dilakukan ketua umum partai politik lainnya, selain Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Meskipun kalah dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, namun langkah yang diambil Cak Imin maju sebagai cawapres, terbukti mampu mendongkrak perolehan suara PKB secara signifikan, baik di tingkat DPR RI, DPRD provinsi hingga DPRD kabupaten/kota se-Indonesia.
Menurut Rochim, langkah politik Cak Imin tersebut selain berani dan cerdas, juga penuh risiko sebab berlawanan dengan kekuatan besar Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat itu.
”Cak Imin memang kalah dari pasangan Prabowo-Gibran. Namun harus diingat, selain Prabowo, hanya Cak Imin lah ketua umum partai politik yang bisa berada di kertas suara Pilpres 2024. Nama dan gambar Cak Imin tercetak dalam 200 juta lebih lembar kertas suara. Ini prestasi dan kecerdikan Cak Imin,” ujar Rochim di sela acara Prosesi Wisuda Universitas Paramadina di The Krakatau Grand Ballroom, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (9/11/2024).
Rochim mengatakan, kehebatan Cak Imin dalam Pilpres 2024 lalu, ketika langkahnya maju sebagai cawapres Prabowo menemui jalan buntu, dia berhasil melakukan manuver politik dengan beralih menjadi pasangan Anies Baswedan.
”Dan nyatanya suara PKB meningkat secara signifikan di semua tingkatan,” tutur Rochim. Raihan suara PKB pada Pemilu 2024 lalu yang mencapai 16.115.655 suara atau setara dengan 10.61 persen suara nasional, tidak bisa dipungkiri salah satunya adalah dampak dari Cak Imin maju sebagai cawapres," tutur Rochim yang berhasil masuk sebagai salah satu lulusan terbaik Magister Ilmu Komunikasi Politik Paramadina dengan raihan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,95 ini dari total 654 wisudawan.
Menurut Rochim, perolehan 16 juta lebih suara PKB tersebut terkonversi menjadi 68 kursi DPR RI. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan pada Pemilu 2019 lalu sebanyak 13.570.970 suara atau setara dengan 9.69% suara nasional.
Jumlah tersebut terkonversi menjadi 58 kursi DPR RI. ”Artinya, PKB mendapatkan tambahan 2.544.685 suara atau tambahan 10 kursi di DPR RI. Dan peningkatan kursi PKB juga terjadi di tingkat DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia,” urainya.
Rochim mengatakan, memang majunya Cak Imin sebagai cawapres bukan satu-satunya faktor penyebab melonjaknya suara PKB. Ada pula peran signifikan dari masing-masing caleg.
"Tapi harus diakui, coattail effect itu signifikan. Ada ghirrah yang luar biasa dari kader dan pengurus PKB di setiap tingkatan untuk memenangkan ketua umumnya,” kata Rochim.
Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI Rusdi Kirana ini mengatakan dalam konteks komunikasi politik, selama berlangsungnya Pilpres 2024, Cak Imin melakukan berbagai pendekatan.