Sebanyak 530.000 ton di antaranya disuplai oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), yang terdiri dari 59 koperasi dan 44.000 peternak.
Alhasil, pemerintah menutupi kekurangan susu sekitar 80 persen dari impor.
Dijelaskan Andi, industri pengolahan susu nasional tumbuh rata-rata 5 persen per tahun, sedangkan produksi susu segar dalam negeri hanya berkembang sekitar 0,9 persen per tahun.
Hal ini menyebabkan ketergantungan pada impor susu yang semakin besar.
“Kami berharap Kementerian Pertanian (Kementan) dapat lebih intensif melakukan pembinaan kepada peternak sapi perah, mulai dari pemerahan, penyimpanan, hingga penanganan susu agar kualitas susu segar dalam negeri bisa memenuhi standar industri,” kata Agus.
Ironinya, susu di Boyolali justru tak bisa terserap di dalam negeri sendiri.
Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) kini telah melarang lima industri atau perusahaan susu dalam negeri untuk impor susu.
Hal ini dilakukan lantaran menanggapi demonstrasi di Boyolali, Jawa Tengah.
Namun, hal ini baru dilakukan untuk sementara waktu.
“Ada lima perusahaan, impornya kami tahan dulu,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat konferensi pers di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin (11/11/2024).
Adapun kelima perusahaan tersebut tak dijelaskan Amran.
“Kami tahan izinnya sampai semua kondusif di seluruh Indonesia. Kalau dari lima itu ada yang masih mencoba (impor), aku cabut izinnya, dan tidak boleh impor lagi."
“Itu ketegasan kami dari kementerian, karena kami tidak ingin ini antara peternak dan industri tidak bergandengan tangan,” ujar Amran.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Dennis Destryawan/M Alivio Mubarak Junior)(Kompas.com)