TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyadari arti penting keberadaan komunitas muslim dunia dan strategisitas market global, serta mendasar pada relasi strategis Indonesia Tiongkok di masa lalu, kini dan masa mendatang, LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) sebagai Asosiasi Ormas Islam terkemuka Indonesia memandang penting untuk merajut "Peta Jalan Kerjasama Tiongkok Berbasis Pendekatan Keagamaan".
Pendekatan keagamaan sebagai soft power diplomasi untuk memperkuat konektifitas " People to People, Business to Business dan Cultural Understanding."
LPOI dibawah kepemimpinan Prof KH. Said Aqil Siroj melakukan muhibah persahabatan dan kerjasama multi sektor di Tiongkok 1-6 Desember 2024.
Baca juga: Ketua LPOI Said Aqil Siradj Minta Aturan dan Undang-undang Tambang Harus Jelas
Hal tersebut dilaksanakan sebagai upaya yang selaras dan merujuk serta mendukung kesepakatan antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Xi jinping dalam kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Tiongkok pada tanggal 8-10 November 2024 yang telah membuahkan sejumlah kesepakatan strategis di sektor ekonomi dan bisnis maupun politik luar negeri.
Dalam muhibahnya di Xiamen, Fuzhou dan Shenze, KH Said Aqil Siroj bersama Delegasi LPOI melakukan Pertemuan Bisnis, Pertemuan Sosial, Pertemuan Pendidikan dan Pertemuan Diplomatik Penting lainnya.
Pada Hari Pertama Kunjungannya Di Xiamen Tiongkok, Demi dan untuk mewujudkan kemakmuran warganya dan masyarakat muslim pada umumnya, LPOI telah berhasil merajut kemitraan strategis dengan para pihak dan mendatangani Letter of Intens (LOI) dengan perusahaan ekspor impor, perusahaan makanan dan minuman, dan perusahaan solar panel untuk bersama sama mengembangkan Bisnis, Edukasi dan Sosial partnership.
Kyai Said Aqil Mengungkapkan bahwa "Kerjasama dengan perusahaan ekspor impor dan perusahaan makanan dimaksudkan untuk membangun Halal Ekosistem di pasar Indonesia, Pasar Tiongkok dan Pasar Global. Termasuk diantaranya mewujudkan halal sertification, perdagangan dan investasi dalam produk dan bahan baku".
Trend Pasar dan market share komunitas muslim dunia dalam bidang Food, Fashion and Entertainment sangatlah luas. Organisasi Organisasi Islam tidak boleh hanya menjadi obyek saja, tetapi harus menjadi pelaku pasar yang bisa berkolaborasi dengan multistakeholders dunia, terutama dengan Tiongkok yang sangat powerfull."
Kang said, mantan ketua umum PBNU menambahkan bahwa keberhasilannya dalam merajut kemitraan strategis tidak terlepas dari dukungan Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok di Indonesia dan Keberadaan sahabat sahabat lama di tiongkok yang sangat dekat seperti keluarga, serta keterbukaan para pelaku usaha di Tiongkok, dan Keramahan Pemerintah Lokal di Tiongkok dalam menyambut para Tamu Tamunya. Kyai Said Mennuturkan bahwa pengusaha dan pemerintah Tiongkok Sangat Terbuka dan Moderat untuk Berkerjasama dengan siapa saja. Jadi, kalau ada branding negatif itu salah besar dan itu hanya propaganda pihak tertentu belaka.
Baca juga: 14 Ormas Anggota LPOI Serukan Petisi Ulama untuk Demokrasi dan Keadilan Sosial
Pada Muhibahnya di Xiamen, selain menandatangani LOI dengan CLENERGY ENERGY ENGGINERING, CO. LTD, XIAMEN INDOTAMA INFORMATION SERVICES CO. LTD, XIAMEN ZHONGLONG IMPORT& EXPORT COMPANY, LPOI juga merancang rencana penetrasi market dan merancang sertifikasi halal dengan YINLU FOOD COMPANY serta melakukan gathering dengan Kepala Urusan Luar Negeri Pemerintah Xiamen untuk membangun Halal Ecosystem di Tiongkok dengan peran strategis dan keunggulan kompetitif masing masing pihak. Demikian halnya membahas rancangan pengembangan Indonesia Tiongkok Cultural and Training Center yang telah di resmikan beberapa waktu lalu di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Delegasi LPOI yang di pimpin Kyai Said Juga Berkesempatan Berdialog dengan Pemimpin Distrik (Desa) Tanah Merah dan Mndiskusikan Role Model Revitalisasi Desa.
Mengakhiri penjelasannya, Kyai Said Doktor Lulusan Ummul Quro Madinah menyampaikan pesan.
"Sudah saatnya komunitas muslim dan organisasi organisasi muslim di dunia dan di Indonesia pada khususnya untuk mengambil peran dan memainkan posisi strategisnya untuk membangun peradaban global melalui jalur budaya, jalur ekonomi, jalur pendidikan dan jalur sosial, sehingga keberadaan pendekatan keagamaan menjadi gatheway yang efektif bagi kemajuan umat manusia. Bukan menjadi sumber konflik dan perpecahan tetapi harus mampu menjadi lokomotif pertemuan peradaban bangsa bangsa di dunia."