TRIBUNNEWS.COM - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) masih menunggu proses penyelidikan hukum atas tewasnya siswa SMK berinisial GRO (16) dalam insiden penembakan Aipda R di Semarang.
Selain telah menyelidiki bukti kamera CCTV dari berbagai lokasi, Kompolnas juga mengantongi jejak digital dalam kasus tersebut sebagai bukti penguat.
Namun, ada satu hal lagi yang masih ditunggu Kompolnas untuk membongkar motif Aipda R, sebagai pelaku penembakan siswa SMK tersebut.
Demikian diungkap oleh Komisioner Kompolnas, Choirul Anam, dalam siaran Kompas TV, Selasa (3/12/2024) malam.
Dimulai dari analisis terhadap kamera CCTV lokasi kejadian, Kompolnas menyempurnakannya dengan jejak digital lainnya.
"Termasuk kami juga bertemu dengan anak-anak tersebut. Baik yang luka tembak di tangan maupun yang naik motor dan sebagainya kami sandingkan dengan CCTV itu, sehingga memang kerangka peristiwanya jauh lebih jelas," jelasnya.
"Tapi lebih dari itu, kami mengapresiasi komitmen dari Pak Kapolres, yang mengatakan dia mau bertanggung jawab dan sebagainya."
"Dan Polda (Jateng) mau menegakkan hukum pidana menegakkan etik, jadi tidak hanya berhenti di etik tapi juga di pidananya gitu. Dan pidananya ini tadi saya juga dengar itu kena 338, itu menurut saya langkah yang baik," urai dia.
Choirul Anam sebenarnya menyesalkan tindakan kepolisian, dalam hal ini Polrestabes Semarang, yang terkesan tidak transparan sejak awal mengungkap kasus.
Menurutnya, jika bukti CCTV tempat kejadian perkara saat kejadian ditayangkan juga kepada keluarga atau publik, maka kasus tidak akan melebar.
"Belajar dari proses ini seandainya sejak awal diumumkan, kalau tidak bisa diumumkan minimal dikasih tahu kepada keluarga korban CCTV yang tadi diputar di Komisi III (DPR RI) saya kira dinamika politiknya lebih mengarah penegakan hukumnya tidak ke mana-mana," katanya.
"Intinya kalau ada kasus transparan itu kata kuncinya, tidak hanya profesional dalam konteks penegakan hukumnya, tapi juga transparan kepada keluarga korban termasuk juga kepada publik luas. Ini bisa dilakukan kepada polres-polres lainnya juga nantinya," imbuh dia.
Baca juga: Sosok Wartawan yang Intervensi Keluarga Siswa SMK, Pulang Semobil dengan Kapolrestabes Semarang
Di sisi lain, terkait perbedaan motif Aipda R menembak GRO yang beredar di masyarakat, Choirul Anam menegaskan masih menunggu hasil laboratorium forensik (Labfor).
Lanjutnya, hasil Labfor digital bakal memperjelas peristiwa. Sehingga bisa diketahui tindakan beserta alasan kuat pelaku melakukan tindakan kriminal.