TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema, memberikan tanggapan terkait Generasi Z (1997-2012) yang dinilai lembek dan sulit mendapatkan pekerjaan.
Diketahui, survei ResumeBuilder tahun 2023 menemukan bahwa 49 persen pemimpin dan manajer bisnis menganggap Gen Z sulit diajak bekerja sama.
Mayoritas juga setuju bahwa Gen Z kurang memiliki keterampilan komunikasi yang efektif, motivasi, usaha, dan bahkan keterampilan teknologi dalam beberapa kasus.
Doni menilai, hasil riset tidak bisa digeneralisasi.
Ia menilai, masih menjumpai para mahasiswa dari kelompok usia ini yang tetap memiliki daya juang tinggi.
"Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa resiliensi, daya tahan, dan sikap lembek itu juga ada di kalangan generasi yang sekarang ini," ungkap Doni dalam siniar Overview Tribunnews dengan tema Mahasiswa Berdaya: Soft Skill dan Kepemimpinan, Kamis (21/11/2024).
Doni mengungkapkan sejumlah faktor yang bisa saja menjadi penyebab sikap Gen Z yang dinilai memiliki kekurangan.
Terutama, banyak Gen Z yang dimanjakan oleh orang tua.
"Mungkin ya karena mereka itu hidup di dalam keluarga yang sejahtera, generasi anak-anak sekarang ini kan dididik oleh generasi milenial yang orang tuanya bekerja keras untuk mendidik generasi milenial agar sukses."
"Dan ketika generasi milenial ini sukses, mereka tidak ingin anak-anaknya itu hidup sengsara seperti mereka," ungkap Doni.
"Sehingga terjadilah apa yang disebut dengan strawberry generation, anak yang lembek, kurang daya juang, tetapi ini tidak dapat dipukul rata, karena memang tergantung dari pola asuh dan pendidikan orang tua," imbuhnya.
Baca juga: Mengapa Kepemimpinan Menjadi Bekal Penting bagi Mahasiswa Masuk Dunia Kerja?
Menurutnya, para Human Resource Development (HRD) perlu menyoroti fenomena yang menjadi gejala umum ini dengan seksama.
"Para HRD yang diteliti itu mengatakan mereka enggan menerima anak-anak dari Gen Z itu memang persoalan di ke-HRD-an dan harus dilihat gitu, karena memang saya melihat kalau dari sisi pendidikan banyak guru-guru muda yang sekarang masuk ke sekolah itu rata-rata lembek, egois, dan main HP sendiri dan seperti tidak tahu apa artinya pekerjaan," ungkap Doni.
Di sisi lain, HRD perusahaan juga membutuhkan para pekerja untuk keberlangsungan perusahaan.