TRIBUNNEWS.COM - MAS (14), remaja yang nekat membunuh ayah kandung dan neneknya membantah dirinya tertekan dengan pola asuh orangtuanya, termasuk soal belajar.
Hal itu dikatakan oleh Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi.
AKP Nurma Dewi menyebut, perintah belajar orangtua MAS masih dianggap perilaku hal wajar.
Bahkan MAS mengakui tidak ada paksaan dirinya untuk belajar.
"Ya kita bertanya karena banyak beredar dia dipaksa untuk belajar. Tetapi sejauh ini, setelah kita tanyakan, dia memang disuruh belajar, tapi dia itu sudah hal biasa bagi anak yang berkonflik dengan hukum ini."
"Jadi itu memang menjadi kebiasaan dari ibu bapaknya, dia disuruh belajar," kata AKP Nurma Dewi, Selasa (3/12/2024), mengutip TribunJakarta.com.
Nurma mengungkapkan, MAS juga tidak merasa tertekan meskipun selalu disuruh belajar oleh ayah dan ibunya. MAS pun mengaku tidak pernah ada paksaan.
"Memang disuruh dari bapak dan ibunya. Tapi dia tidak merasa ditekan, karena dia bilang 'kalau saya belajar, saya pintar'. Itu yang diungkapkan anak yang berkonflik dengan hukum," ungkap Kasi Humas.
MAS juga bersaksi, dirinya mengerjakan permintaan orangtua dengan senang hati termasuk saat disuruh untuk belajar.
"Kalau sejauh ini kita bertanya, kemudian dijawab oleh anak tersebut, dia bilang 'ini bukan paksaan'. Jadi walaupun dia memang disuruh untuk belajar, tapi dia mengerjakan dengan senang hati," ucap Nurma.
Teka-teki Alasan Remaja Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel, Pelaku Dikenal Unggul dalam Akademik
Hingga saat ini alasan MAS (14) remaja yang nekat bunuh ayah kandung dan neneknya belum diketahui secara pasti.
Baca juga: Teka-teki Alasan Remaja Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel, Pelaku Dikenal Unggul dalam Akademik
Aksi sadis MAS itu pun mendapat sorotan luas, termasuk sosok pelaku sehari-hari.
Beredar beberapa kesaksian orang terdekat MAS yang menceritakan kepribadian remaja pelaku pembunuhan tersebut.
Menurut Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi, guru sekolah MAS mengatakan tidak ada yang aneh dengan sikap MAS detik-detik sebelum melakukan pembunuhan.