Pada kesempatan webinar itu, Darmono mewanti-wanti jangan sampai petani peserta PSR kecewa gara-gara setelah berumur 10 tahun kebunnya harus diremajakan lagi.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, yang hadir sebagai salah satu pembicara memberikan kalkulasi yang rinci terhadap dampak yang ditimbulkan oleh mengganasnya serangan Ganoderma di perkebunan kelapa sawit.
Sahat Sinaga dengan presentasinya yang berjudul Terlena di “Comfort-Zone”, “ Yield & Values” perkebunan sawit menurun drastis, berkesimpulan bahwa kondisi ini sangat serius dan pemerintah harus memberikan perhatian khusus terutama kepada perkebunan kelapa sawit rakyat, yang mencapai 41?ri total luasan16.38 juta hektar.
Jika dapat dilibatkan seluruh pemangku kepentingan kelapa sawit, Sahat Sinaga masih optimis keberhasilan peningkatan produktivitas, apalagi jika kepada petani memperoleh manfaat yang lebih dari hasil peningkatan produktivitas sawit.
Henny Hendarjanti, pakar Ganoderma yang hadir secara offline menekankan perlunya sinergi nasional.
Menurutnya para pelaku usaha masih jalan dengan caranya masing-masing, bahkan masih ada yang tidak peduli.
Kehadiran Ketua Umum DMSI diharapkan bisa mendorong bagi terwujudnya sinergi gerakan nasional pengendalian Ganoderma.
Sepakat Dibentuknya DKPSR
Guna mendukung keterlibatan petani, forum webinar menyepakati dibentuknya Dokter Kesehatan Perkebunan Sawit Rakyat (DKPSR), yang diusulkan oleh Sahat Sinaga.
DKPSR memiliki tugas yang satu di antaranya adalah memonitor kondisi kesehatan sawit rakyat dengan memanfaatkan penginderaan menggunakan satelit yang teknologinya semakin canggih menjangkau seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat dalam waktu yang cepat dengan presisi tinggi.
Darmono menyampaikan ada tiga pilar tindakan utama dalam gerakan nasional pengendalian Ganoderma yaitu: pertama, tindakan mititigatif terhadap lingkungan di dalam tanah dan udara.
Adapun pilar kedua adalah tindakan preventif yang harus dilakukan di pembibitan, penanaman, TBM dan TM, dan yang ketiga tindakan kuratif.
Tindakan kuratif merupakan tantangan besar yang tetap harus diupayakan dan diperlukan keterlibatan seluruh pakar terkait, beyond plant pathologist & agronomist, dengan teknologi canggih terkini, termasuk teknologi robotik yang dikembangkan oleh tim peneliti ITS yang hadir memberikan update secara offline diwakili oleh Dr Aulia MT Nasution.
Pada paparannya dia mengungkapkan pengembangan prototype teknologi ribotik untuk pengendalian Ganoderma, memberikan bukti kemajuan adanya pengaruh penghambatan pertumbuhan Isolate Ganoderma dan adanya sensitivitas deteksi jejak keberadaan infeksi Ganoderma yang dilakukan secara in-vitro.
Baca juga: Industri Kelapa Sawit Berperan Penting dalam Energi Terbarukan, Bisa Kurangi Bahan Bakar Fosil
Dia mengungkapkan Implementasi teknologi robotik pada perkebunan sawit masih jarang dan sangat terbuka peluang lebar peluang untuk pengembangannya dengan harapan penggunaan robot diharapkan dapat secara akurat mendeteksi keberadaan Ganoderma di dalam tanah untuk kemudian bisa dihancurkan.