News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bawaslu Sering Dianggap Makan Gaji Buta, Lolly: Kesadaran Publik Butuh Proses

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Lolly Suhenty, saat menghadiri acara Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu bertajuk 'Peremuan Berdaya Mengawasi' yang digelar Bawaslu, di Bali, Sabtu (21/12/2024).

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Lolly Suhenty, menyinggung perihal lembaganya sering dianggap makan gaji buta di masa non-tahapan pemilu.

Hal tersebut disampaikan Lolly, saat menghadiri acara Konsolidasi Nasional Perempuan Pengawas Pemilu bertajuk 'Peremuan Berdaya Mengawasi' yang digelar Bawaslu, di Bali, Sabtu (21/12/2024).

Baca juga: DKPP: Ketua KPU dan Bawaslu Bukittinggi Tak Terbukti Langgar Kode Etik Lakukan Penggelembungan Suara

Lolly mengatakan, pendapat sebagian masyarakat terkait kinerja Bawaslu di masa non-tahapan pemilu itu kerap didengarnya.

Oleh karena itu, ia menuturkan, setelah masa pemilu 2024 usai, dia menginginkan seluruh jajaran Bawaslu melakukan refleksi dan koreksi tugas masing-masing.

Baca juga: Bawaslu: TikTok Dominasi Penyebaran Hoaks di Pilkada Serentak 2024

"Orang sering bilang, Bawaslu enggak jelas kerjanya. 'Masa non-tahapan mau ngapain', 'makan gaji buta aja tuh sama kayak KPU'," tutur Lolly, di Bali, Sabtu malam.

Merespons pendapat tersebut, Lolly menyampaikan, banyak orang yang lupa bahwa membangun kesadaran publik butuh proses.

Dalam hal ini, ia menyampaikan, meskipun di masa non-tahapan pemilu, Bawaslu tetap melakukan kerja-kerja untuk menyadarkan masyarakat mengenai pemilu bersih.

"Orang sering lupa, beras pun tidak ujug-ujug ada, ditanam menjadi beras. Beras saja prosesnya panjang, tanahnya bagus, baru ditanami," kata Lolly.

"Orang sering lupa, di zaman digitalisasi pengen semua serba instan. Tidak. Yang namanya kesadaran publik, dia butuh proses," lanjutnya.

Menurutnya, masa non-tahapan merupakan waktu terbaik untuk menanamkan kesadaran.

Lebih lanjut, katanya, Bawaslu menerima kritik dari masyarakat untuk selanjutnya menjadi bahan koreksi lembaga pengawas pemilu tersebut.

"Orang boleh nyinyir soal kinerja Bawaslu, kita terima, karena kita tidak boleh antikritik. Tapi kita tidak berhenti di situ. Lakukan koreksi, perbaikan, salah satunya melalui konsolidasi ini," kata Lolly.

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini