News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sambut Era Kendaraan Elektrifikasi, Indonesia Siap Jadi Pemain Utama Industri Mobil Listrik

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) komersial yang terletak di SPBU Fatmawati, Jakarta pada Kamis (10/12/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri otomotif dunia mulai mengalami perubahan, yang semula fokus menciptakan inovasi produk berpenggerak bahan bakar minyak, kini mulai shifting memperkenalkan dan memasarkan mobil-mobil elektrifikasi sejak beberapa tahun belakangan.

Sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) telah menghadirkan beragam jenis mobil listrik mulai dari Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), hingga Battery Electric Vehicle (BEV).

Untuk mendukung industri yang sedang berkembang, pemerintah juga sudah all out untuk mendorong industrialisasi mobil elektrifikasi, yaitu dengan mengeluarkan beleid dalam mendukung pengembangan industri kendaraan listrik.

Baca juga: Harga Mobil Bekas Merek Mazda CX-7, CX-5, & CX-9: Mulai Rp 140 Juta, Produksi Tahun 2007

Salah satunya melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019. Isinya soal percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk transportasi jalan. Hal itu diselenggarakan melalui percepatan pengembangan industri KBLBB dalam negeri. Pemberian insentif, penyediaaan infrastruktur pengisian listrik. Kemudian pengaturan tarif tenaga listrik untuk KBLBB, pemenuhan terhadap ketentuan teknis KBLBB. Terakhir, perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Di samping itu, Kemenperin telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020. Itu mengenai Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle). Serta Permenperin No. 28 Tahun 2020 terkait Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dalam Keadaan Terurai Lengkap (CKD) dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap (IKD).

Baca juga: Harga Mobil Proton Tipe Exora, Satria Neo, dan Savvy: Harga Mulai Rp 35 Juta, Tahun Produksi 2007

Kemenperin menargetkan pada 2025 produksi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai mencapai 400 ribu unit untuk roda empat. Lalu 1,76 juta unit roda dua. Patokan produksi ini bakal terus meningkat hingga 2030 yang bisa mencapai 600 ribu unit roda empat dan 2,45 juta unit roda dua.

Indonesia memang tak bisa mengelak dari tren mobil elektrifikasi, karena menjadi salah satu alat untuk memangkas emisi karbon dari kendaraan bermotor. Ini selaras dengan niat pemerintah memangkas emisi hingga 29 persen pada 2030.

Pengembangan kendaraan listrik bahkan diyakini dapat menarik investasi. Khususnya di sektor industri komponen utama. Misalkan saja baterai, motor listrik dan power control unit (PCU) yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi.

Investasi di Tanah Air

Indonesia sendiri, sebagai negara besar memiliki sesuatu yang menarik untuk pengembangan industri kendaraan listrik di dunia.

Sebagai informasi, Indonesia memiliki 80 persen bahan baku baterai cell mobil listrik, seperti nikel, kobalt, aluminium dan mangan. Hanya sekitar 20 persen komponen lainnya, yakni lithium masih impor.

Selain itu, Indonesia bisa menjadi pasar yang besar, sehingga investor melihat akan lebih efektif membuat pabrik di dalam negeri.

Presiden Joko Widodo melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara, PT HKML Battery Indonesia, di kawasan Industri Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021) pagi. Proyek ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution. Tribunnews/HO/Setpres/Agus Suparto (Tribunnews/HO/Setpres/Agus Suparto)

Hal inilah yang menarik minat perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group membuat konsorsium dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik cell baterai di Karawang, Jawa Barat, pada 15 September 2021.

Dengan investasi 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp 15,6 triliun, pada tahap pertama kapasitas produksi pabrik tersebut akan mencapai 10 giga watt per-hour.

Selain LG dan Hyundai, Indonesia juga berhasil menarik minat investasi dari perusahaan asal China, yakni Contemporary Amperex Technology (CATL).

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia memastikan CATL akan meletakkan batu pertama alias groundbreaking pada Desember 2021 ini untuk pabrik baterai kendaraan listriknya di Indonesia.

Berkolaborasi dengan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam yang akan memasok bahan baku pembuatan baterainya, kabarnya nilai investasi yang akan digelontorkan CATL disebut sebesar 5 miliar dolar AS.

Selanjutnya, ada perusahaan lithium asal China Chengxin Lithium yang akan berinvestasi sebesar 350 juta dolar AS di Indonesia. Investasi tersebut untuk membangun pabrik baterai listrik dengan kepemilikan saham nantinya mencapai 65 persen. Sementara 35 persen lainnya akan dimiliki perusahaan asal Singapura, Stellar Investment Pte.

Nantinya, perusahaan patungan tersebut akan diberi nama PT ChengTok Lithium Indonesia dan dibangun di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Di sisi lain, ada calon investor di sektor mobil listrik asal Jerman, ialah Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF). Nama BASF sendiri muncul sejak 2019. Namun sayangnya, hingga saat ini belum ada kabar terbaru dari perusahaan kimia terbesar dunia tersebut.

Dorong Ekonomi Indonesia

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) sekaligus pengamat otomotif, Riyanto mengatakan investasi di sektor otomotif, terlebih kendaraan listrik akan sangat mendorong ekonomi Indonesia.

"Untuk pembangunan pabrik, bagus sekali Hyundai investasi, terlebih bagi ekonomi kita," tutur Riyanto kepada Tribunnews, Selasa (5/10/2021).

Bukan hanya menarik investasi, infrastruktur pendukung kendaraan listrik juga perlu digenjot penyediaannya.

Baca juga: Penjualan Toyota Astra Motor Terangkat Berkat Insentif PPnBM 100 Persen

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) sebanyak 25.000 unit pada 2030.

Akan tetapi, sejauh ini baru sebanyak 147 SPKLU yang dibangun dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Pemerintah sendiri akan terus memberi dukungan untuk mempercepat pembangunan ekosistem kendaraan listrik, khususnya infrastruktur SPKLU.

Namun, mobilitas masyarakat Indonesia yang banyak didominasi perjalanan point to point, seperti di perkotaan, Riyanto juga menyarankan pembangunan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) seperti yang dicanangkan Geely di China.

"Terkait pilihan SPKLU atau SPBKLU, untuk di Indonesia saya menduga lebih diminati (khususnya bagi ojek online) yang SPBKLU, karena baterai tipis langsung bisa tukar dengan yang penuh. Untuk pengguna KBLBB rumah tangga cukup charging di rumah. Kalau sedang di luar rumah habis, pilihannya ya tukar baterai ke SPBKLU," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini