TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Demam mata uang kripto kini mulai menular ke industri modal ventura secara global.
Buktinya, investasi modal ventura global ke proyek kripto, yang di dalamnya termasuk platform atau aplikasi berbasis blockchain dari ekosistem web3, terus meningkat.
Bahkan, nilai investasi ke sektor tersebut telah mencapai 10 miliar dolar Amerika serikat pada kuartal I-2022,
Secara tahunan, nilai investasi pada proyek kripto pun meningkat. Misalnya, di tahun 2019 totalnya hanya 3,7 miliar dolar, di 2020 naik jadi 5,5 miliar dolar, terakhir di tahun 2021, nilainya melesat hingga 28 miliar dolar.
Di Indonesia sendiri, modal ventura yang mulai masuk ke sektor tersebut pun memang sudah ada.
Baca juga: Pengamat: Kripto Luna Aset Berisiko, Ditinggal Investor saat The Fed Naikkan Suku Bunga
Namun, tampaknya belum banyak investasi yang digelontorkan pada sektor yang diramal bakal terus melambung di masa depan ini.
“Tidak banyak ya. Sudah ada yang memulai tapi tidak banyak,” ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro kepada KONTAN, belum lama ini.
Eddi menambahkan, belum banyaknya modal ventura yang masuk sektor ini lebih dikarenakan sektor blockchain ini memang dikarenakan jumlahnya yang belum banyak.
Adapun, ia berpendapat modal ventura yang sudah masuk pun memiliki beberapa motif, salah satunya kemungkinan untuk memperkuat ekosistemnya.
Salah satu modal ventura yang saat ini mulai masuk ke proyek kripto dan sejenisnya ialah Cydonia Fund, bagian dari inisiasi IndoGen Capital dan Finch Asia.
Baca juga: Kata Trader Kripto soal Harga UST dan LUNA yang Tidak Stabil
Mereka ini mengkhususkan diri untuk ekosistem web3 dan proyek-proyek blockchain.
“Bisa dibilang Indonesia saat ini experiencing fastest growth untuk crypto traders in the world,” ujar Chandra Firmanto General Partner Cydonia.
Chandra mengungkapkan bahwa pihaknya terus optimis tentang potensi ekosistem Web3 untuk memperluas akses masyarakat ke semua peluang yang lebih baik, mulai dari ekonomi hingga pendidikan.
Namun, potensi itu tergantung pada kebijakan yang ada.