News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lewat Pemberdayaan, Ekonomi Warga Desa Karang Panggung Melejit Bersama Kopi Selangit

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani memanen biji kopi di Desa Karang Panggung, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kelompok Tani Uma Inovasi Selangit kini menjadi motor utama penggerak ekonomi warga Desa Karang Panggung, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Melalui Uma Inovasi Selangit, perekonomian warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kopi kini meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditi kopi yang mereka hasilkan karena pasar yang semakin meluas.

Uma Inovasi Selangit juga menjadi pintu meningkatkan derajat para petani dengan memutus rantai distribusi kopi yang selama ini dikuasai oleh tengkulak.

“Kami membeli kopi dari petani, ada beberapa ton. Ada yang kita simpan untuk stok, ada juga yang diolah (roasting). Pembelian kopi dari petani dengan harga masuk akal adalah cara agar para petani tidak lagi terjebak oleh para tengkulak,” ujar Risela, salah seorang pengelola Uma  Inovasi Selangit di booth PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada 46th IPA Exhibition and Convention 2022 di Jakarta, dikutip Rabu (28/9/2022).

Risela menyebutkan, harga beli kopi dari petani Selangit bergantung pada musim. Saat musim kemarau, harga kopi dalam bentuk biji dibeli Rp25 ribu per kg. 

Sementara kopi merah dibeli Rp30ribu-Rp35 ribu per kg. Kalau musim hujan, harga berbeda karena pasokan berkurang. 

“Kadang petani kopi menawarkan pas musim panen. Kalau kebanjiran order, kadang kita ke petani langsung. Harga juga bergantung pada musim,” ujar Risela.

Selain membeli kopi petani, lanjut Risela,  Uma Selangit juga memberikan edukasi kepada para petani guna meningkatkan kualitas kopi. Menurut Risela, sebelum diberikan edukasi para petani tidak mengetahui biji kopi mana yang kualitas tinggi atau rendah. 

Baca juga: Kolaborasi Noka dan Alko Berdayakan Petani Kopi Kerinci

“Selama ini petani petik buahnya masih campur antara yang warna hijau dan merah. Seharusnya yang merah aja. Makanya ada pembinaan. Kita edukasi, kopi petik yang sudah merah harganya lebih tinggi kualitas lebih bagus,” ungkap Risela.

Volume kopi yang dipasok para petani dibawah koordinasi Uma Inovasi Selangit terus naik, mengikuti permintaan kopi dari para konsumen. 

Jika dulu paling banyak permintaan hanya 50 kg, kini rata-rata Uma Inovasi Selangit bisa menyerap biji kopi mencapai 500 kg setiap bulan.

Peningkatan produksi olahan kopi yang juga ikut mengerek permintaan kopi ke petani tentu tidak lepas dari peningkatan kualitas pengolahan kopi. 

Baca juga: Hasil Produksi Petani Kopi Tidak Terserap Optimal Imbas Pandemi

Nilai kopi Selangit jauh meningkat setelah Pertamina EP Pendopo Field, bagian dari  Zona  4 Regional 1 Sumatera PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), ikut terlibat membina Uma Inovasi Selangit pada akhir 2018.  

Saat itu, Pertamina EP Pendopo Field melakukan penguatan kelompok melalui pelatihan budidaya kopi dan pelatihan roasting class dan cuping. 

Setahun kemudian, Pertamina EP Pendopo Field melakukan penguatan peralatan produksi kopi (alat rosting, giling seduh, dll) dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan kelembagaan. 

“Selain soft skill, Pertamina juga memberikan  bantuan peralatan juga diberikan seperti alat sortir biji kopi, peralatan roasting kopi berkapasitas 15 kg, dan peralatan seduh kopi lengkap,” ujar Risela.

Baca juga: Cerita Rahmah, Wanita Lulusan SMA Sukses Bawa Kopi Gayo Mendunia

Pada 2020, Pertamina EP Pendopo Field melakukan pelatihan pengembangan kebun kopi organic, peningkatan kapasitas kelompok melalui pelatihan kelembagaan, dan memperluas panhgsa pasar dengan membuka jaringan kemitraan.  

Uma Inovasi Selangit saat ini memiliki enam gerai kopi di Sumsel yang tersebar di beberapa wilayah, di antaranya Ro’se Megang yang merupakan gerai kopi pertama di Selangit. 

Lalu Ro’se Dempo dan Ro’se Mandiriana di Lubuklinggau, lalu Ro’se Taman Beregam di Musi Rawas, Ro’se Pendopo, di PALI dan Ro’se Bengkulu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini