Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Quipster, platform procurement untuk kebutuhan proyek konstruksi, berhasil mengantongi pendanaan pra-seri A dengan nilai yang tak disebutkan.
Pendanaan ini dipimpin oleh investor Taiwan, Chailease Holding, yang baru pertama kali berinvestasi di start-up sektor konstruksi di Indonesia.
Dana yang terkumpul akan dialokasikan untuk mendigitalisasi konektivitas rantai pasok industri konstruksi serta membangun infrastruktur guna memperluas penetrasi pengguna Quipster di kota-kota tier dua dan tiga atau sering dikategorikan sebagai kota non-metropolitan.
Baca juga: Startup Layanan Pangan Ajak Masyarakat Tingkatkan Kesadaran Mengenai Isu Food Waste
“Pasca merger TraktorHub dan Webtrace menjadi Quipster, kami telah membantu lebih dari 500 proyek konstruksi yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Hal ini diiringi dengan meningkatnya revenue kami sebanyak 300 persen (YoY),” ungkap CEO Quipster Erwin Subroto, Senin (22/3/2023).
Dia menjelaskan, Quipster saat ini memiliki 8000 alat berat dan commercial vehicles berteknologi IoT serta lebih dari 500 kontraktor dan toko bangunan yang bergabung dalam ekosistem digitalnya.
Karena itu saat ini dan ke depan platform ini siap mendigitalisasi rantai pasok industri konstruksi Indonesia dengan solusi pengadaan bahan dan alat konstruksi satu atap
Chief Strategy Officer Chailease Holding Kevin Liao menambahkan, Indonesia menduduki posisi keenam sebagai negara dengan jumlah start-up terbanyak di dunia dengan hampir 2.500 start-up dari Indonesia, tapi tidak banyak yang dapat memecahkan tantangan industri konstruksi.
Karenanya, Quipster hadir guna membuat industri konstruksi lebih terintegrasi dari hulu hingga hilir. Terbukti, Quipster mencatatkan pertumbuhan yang positif dengan menyinergikan konstruksi dan teknologi.
Baca juga: Sayurbox Kembali PHK Karyawan, Ini Profil Sang Pendiri Startup
"Kami yakin Quipster dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan industri konstruksi Indonesia yang memiliki peluang luar biasa,” jelas Kevin Liao.
Dia menambahkan, kinerja industri konstruksi di Indonesia diproyeksi bakal terus meningkat. Total pasar konstruksi Indonesia mencapai USD 244,4 miliar2 pada tahun 2022.
Pasar diproyeksikan tumbuh pada CAGR lebih dari 5 persen selama periode 2024-2027. Hal ini didukung oleh lonjakan investasi pemerintah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2021–
2030.
Menurutnya, ada tiga penggerak industri konstruksi ini, yaitu residensial, industrial dan infrastruktural.
COO Quipster David Hartono menyatakan, industri konstruksi sangat berpotensi. Contohnya, di sektor residensial, rumah yang dibangun lewat Program Sejuta Rumah3 pada 2022 mencapai 1,1 juta unit.