Sejauh ini Lazarus, hacker asal Korea Utara dituding jadi pihak paling dicurigai atas dugaan peretasan yang menimpa di platform pertukaran aset kripto asal Indonesia, Indodax.
Tudingan dilontarkan bukan tanpa alasan, pasalnya selama 11 September kemarin ZachXBT mendeteksi adanya transaksi mencurigakan yang melibatkan dompet digital di jaringan yang berbeda.
Beberapa ahli mengidentifikasi Lazarus Group sebagai pihak yang paling mungkin berada di balik serangan ini. Lantaran pola dan karakteristik peretasan Indodax sangat mirip dengan serangan yang sebelumnya dilakukan oleh Lazarus Group.
Para ahli mata uang kripto mengatakan bahwa hal ini memberikan peringatan kepada calon investor kripto karena aset digital kini menjadi target yang menguntungkan bagi para peretas, seiring dengan meningkatnya jumlah investor kripto dunia
Adapun penyebab utama lonjakan pencurian aset kripto lewat hacking, menurut Chainalysis adalah tren pencurian dana yang disimpan dengan protokol DeFi. Hal ini karena kode sumber terbukanya bisa dipelajari oleh penjahat siber yang mencari celah.
Karakternya yang terbuka, membuat protokol DeFi populer bagi perusahaan yang ingin buru-buru meluncurkan produknya ke pasar. Menambah risiko baru yaitu potensi produk meluncur di pasar tanpa uji keamanan yang menyeluruh.
Di tengah maraknya kasus peretasan kripto, Chainalysis menyarankan agar pelaku industri kripto meningkatkan sistem keamanan platformnya dan mengedukasi konsumen atau investor terkait cara membedakan proyek kripto yang aman sebagai tempat investasi.
Sementara itu, penegak hukum disarankan untuk terus mengembangkan kemampuan untuk melacak pergerakan aset kripto di sepanjang rantai blockchain, sehingga aksi pencurian kripto tidak lagi menarik bagi peretas.