Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Keputusan Pemerintah Jepang memperketat sanksi ke Kremlin dengan melarang ekspor mobil bekas ke Rusia malah menjadi bumerang bagi industri otomotif Jepang.
Gara-gara pelarangan ekspor tersebut, industri mobil Jepang gagal menangguk pendapatan hingga 2 miliar dolar AS.
Maklum saja, pelarangan ekspor mobil bekas Jepang ke Rusia tersebut dirilis di tengah meningkatnya permintaan mobil bekas di sana.
Pembatasan ini berlaku mulai tahun depan sebagai sanksi Jepang terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Dampak pembatasan ekspor mobil bekas yang diberlakukan pemerintah Jepang juga membuat harga mobil bekas di Selandia Baru, Asia Tenggara, dan Afrika turun tajam.
Sebelum kebijakan ini dirilis, permintaan Rusia terhadap mobil bekas dari Jepang selama setahun terakhir dilaporkan melonjak tajam.
Mengutip dari Reuters selama tahun 2022, Rusia telah membeli lebih dari 15 persen atau 23.117 unit ekspor mobil bekas dari Jepang dengan harga rata-rata mencapai 8.200 dollar AS per satu unit.
Angka tersebut melonjak lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan harga pada tahun 2020, hingga pendapatan para produsen mobil Jepang yang melakukan penjualan mobil bekas ke Rusia melesat naik mencapai 1,9 miliar dollar AS
Baca juga: Jepang Hentikan Ekspor Mobil Bekas ke Rusia
Namun memasuki awal tahun 2023, tepatnya pasca negara Barat kompak melayangkan sanksi tegas ke Rusia, pemerintah Jepang lantas mengambil langkah serupa dengan maksud memperketat sanksi untuk menghentikan invasi.
Sayangnya langkah ini membuat para produsen kendaraan asal Jepang mengalami pembengkakan kerugian, seperti SV Alliance sebuah bisnis ekspor mobil berbasis di Toyama, yang terpaksa memecat 70 persen karyawannya usai gagal mengirimkan 6.500 mobil bekas ke Rusia.
Baca juga: Presiden Penjualan Mobil Bekas Jepang Big Motor Minta Maaf dan Mengundurkan Diri
“Bisnis anjlok sekitar 70 persen dan kami harus memecat beberapa orang karena tidak ada cukup pekerjaan,” kata Olesya Alekseeva, koordinator logistik di SV Alliance.
Kondisi serupa juga turut dialami Element Trading, dealer mobil bekas di prefektur Niigata Jepang yang mengaku mengalami penurunan pangsa ke Rusia hingga penjualan perusahaan merugi 50 persen.