"Rakyat tidak butuh citra, rakyat butuh pekerjaan dan pendapatan butuh. Pemimpin citra hasilnya keropos. Kami lihat hasilnya seperti yang ada sekarang. Hasilnya mismanagement, hasilnya kita lihat rakyat belum makmur," kata mantan Menteri Keuangan tersebut.
Lebih lanjut dalam visi misinya, Rizal mengatakan mengubah Indonesia menjadi lebih baik bisa dilakukan tanpa uang, tetapi cukup dengan kebijakan. Syaratnya, lanjut dia, pemimpinnya visioner dan berani menjalankannya dengan resiko citranya buruk sekalipun.
Bangsa ini, ujarnya, tidak bisa lagi mengandalkan pembangunan tanpa perencanaan. Sebab, menurut Rizal banyak tokoh yang punya ide besar, banyak yang bicara konsep bagus, namun tidak punya operasional leadership.
Padahal, imbuhnya, keberhasilan negara-negara maju dan besar karena mereka punya pemimpin yang memiliki kemampuan kepemimpinan lapangan.
Rizal mengungkapkan dirinya mau melaksanakan pikiran dan ajaran Bung Karno dan Gus Dur. Bahkan, saat kuliah di ITB, Rizal pernah dipenjara di Sukamiskin di mana Bung Karno pernah dipenjara.
Di dalam penjara ia belajar bahwa tidak ada cara lain bangsa ini bisa maju selain harus mandiri dan berdaulat. Itulah yang dikatakan Bung Karno dengan Trisakti.
Adapun Gus DUr, katanya, adalah tokoh pluralisme. Gus Dur mengharapkan tidak ada lagi rakyat yang tertindas baik secara ekonomi, sosial maupun politik.
"Mari kita jalankan pikiran Bung Karno dan Gus Dur. Saya percaya Indonesia akan hebat dan makmur seperti negara-negara lain," kata Rizal.