“Menurut survei, bapak dikenal sebagai calon presiden paling reformis. Apakah kalau nanti bapak menjadi presiden tidak akan berubah menjadi penganut neolib? Kalau bapak juga jadi neolib, tentu bapak akan membawa Indonesia pada mekanisme pasar yang sebetulnya kita belum siap,” tukasnya.
Mendapat ‘serangan garang’ seperti itu, Rizal Ramli hanya tersenyum. Lalu dengan jenaka dia memaparkan, justru dialah yang kembali memperkenalkan kosakata ‘neolib’ kepada rakyat Indonesia sejak lebih dari 10 tahun silam. Hal itu dilakukan karena keprihatinannya yang mendalam akibat penerapan mazhab neolib dalam ekonomi oleh pemerintah Indonesia, dari rezim satu ke rezim lainnya.
“Yohana, kalau kamu telusuri track record saya, maka akan kamu temukan saya termasuk yang paling gigih menentang neolib. Berkali-kali dalam banyak kesempatan saya sampaikan, bandul ekonomi Indonesia sudah terlalu ke kanan, terlalu menyerahkan segala sesuatunya ke mekanisme pasar. Ekonomi kita harus dikembalikan ke tengah, agar sesuai dengan konstitusi 1945 sebelum berkali-kali diamandemen secara ugal-ugalan. Saya bahkan beberapa kali ikut berdemonstrasi menentang berbagai kebijakan yang berbau neolib itu,” paparnya kalem yang disambut tepuk tangan meriah.
Ketika dikejar konsep dan gagasannya agar Indonesia bisa keluar dari berbagai persoalan yang membelit bangsa dan rakyat Indonesia, Menteri Keuangan yang berhasil mengebut pembahasan RAPBN dalam tempo kurang dari sebulan ini juga terlihat datar-datar saja.
“Caranya gampang. Pilih saja Rizal Ramli menjadi presiden pada 2014. Insya Allah saya akan membawa Indonesia menjadi negara maju, digdaya, dan rakyatnya sejahtera dalam tempo kurang dari delapan tahun,” pungkasnya usai memaparkan sejumlah ide untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. (*)