News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilkada Serentak 2020

Gibran Berpotensi Maju Pilkada Solo Lawan Kotak Kosong, Pengamat: Ada Budaya Politik Perkewuh

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gibran dan Teguh- Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa berpotensi menjadi calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo 2020.

Maka dari itu, lanjut Drajat, kalau berasal dari orang yang punya sumber kekuasaan maka tentu akan sangat dihormati.

Namun, urusan menjadi lain ketika sudah tidak lagi berkuasa.

Maka dalam kasus Gibran yang merupakan anak dari Presiden Jokowi, penghormatan itu pasti ada.

"Ini kita tahu bahwa yang berkuasa itu bapaknya (Jokowi) maka anaknya (Gibran) juga kita harus hormati," terangnya.

Baca: Daftar Keluarga Presiden, Wapres dan Menteri yang Maju di Pilkada, Gibran hingga Keponakan Prabowo

Baca: Gibran Jangan Anggap Enteng Kotak Kosong, Berbagai Kemungkinan Sangat Mungkin Terjadi

Lantaran hal itu, majunya Gibran dalam kontestasi Pilkada 2020 membuat orang menjadi kikuk, sehingga kemungkinan besar tak ada yang berani melawan Gibran di Pilkada Solo 2020.

"Orang Solo menjadi kikuk istilahnya itu menjadi perkewuh politik, 'nanti kalau saya maju seolah-olah saya melawan pejabat', nah ini nggak sopan bagi Solo, 'tapi kalau saya nggak maju kok gini, yaudah pasrah saja'," ungkapnya.

Drajat mengakui, ada suasana yang seperti itu di Solo.

Apalagi, Jokowi pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo yang sukses dan disegani oleh masyarakat Solo.

Drajat beranggapan, bahwa Jokowi sebenarnya ingin menjadikan putra sulungnya, Gibran meneruskan apa yang telah dilakukannya.

Baca: Pengamat: Bisa Saja Achmad Purnomo Diusung PKS dan Demokrat untuk Lawan Gibran di Pilkada Solo

Hanya saja, Jokowi dulu memang benar-benar memulai karier politiknya dari bawah, tak dikenal banyak orang hingga sukses menjadi presiden karena kinerjanya selama menjabat Wali Kota Solo.

Sementara Gibran, lanjut Drajat, memulai karier politiknya dari nama besar sang ayah yang saat ini masih menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia.

"Jadi dia (Jokowi) itu semacam kayak kalau di Solo menyebutnya 'Satria Piningit', orang yang punya kharisma dari Tuhan sehingga menang dan ini mau di-cloning ke putranya."

"Kalau Pak Jokowi dulu itu mungkin Tuhan yang memberi petunjuk, tapi kalau Mas Gibran ini jelas bapaknya yang ada di belakangnya," paparnya.

Baca: Isu Dinasti Politik di Pilkada, PDIP Minta Publik Berlaku Adil kepada Gibran dan Nur Azizah

Bahkan, menurut Drajat, kalaupun ada orang yang akhirnya maju dalam kontestasi Pilkada Solo melawan Gibran kemungkinan besar tidak akan menang.

"Jadi agak perkweuh politiknya, malah orang orang Solo mikir-mikir ya."

"Ini mungkin yang diperlukan kambing kurban bukan kambing hitam kalau kambing hitam kan yang dikenai kesalahan."

"Kambing kurban itu orang yang maju nanti disembelih, mesti kalahnya," tandasnya.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini