Pangi menilai, majunya Gibran dalam Pilkada Solo 2020 merupakan uji coba pembentukan dinasti politik yang dilakukan presiden.
"Kalau masyarakatnya resistance, tidak nyaman, atau menolak narasi atau upaya yang dilakukan presiden untuk membangun dinasti politik ya mereka akan milih Putri, tentu tidak memilih Gibran," kata Pangi.
"Karena bagi mereka ini tidak boleh, jadi artinya Putri harus menang," tambahnya.
Lebih lanjut, Pangi menekankan, suasana dalam kontestasi adalah hal yang dinamis.
Menurut Pangi, bagaimanapun, semua memiliki peluang untuk menang.
"Dalam Pilkada ini, dalam kontestasi, tergantung cuaca, bisa berubah."
"Dia sangat dinamis, kemungkinan untuk menang itu tetap siapapun punya peluang, kans untuk terpilih," bebernya.
Baca: Cucu Paku Buwono XII Dikabarkan Bakal Jadi Lawan Gibran, Pengamat: Pilkada Solo akan Lebih Berkelas
Pangi menyebutkan, apabila Putri maju dalam Pilkada Solo 2020 maka ia harus menyiapkan sejumlah hal untuk bertarung.
Mulai dari infrastruktur, logistik, strategi, dan lainnya.
"Beliau harus siapkan semuanya, ini melawan raja, melawan presiden, mulai dari infrastrukturnya, logistiknya, soal strategi, bagaimana mengambil empati, bermain pada sentimen, pengusung partainya ada atau tidak, kemudian bagaimana isu populisme yang akan dibangun, bagaimana menggerakkan relawan di darat, di udara, serangan-serangan yang meyakinkan masyarakat."
"Itu nanti yang penting partainya dulu, kecuali independen. Kalau partainya memenuhi syarat ya, berarti sudah mengibarkan bendera bertarung," kata Pangi.
Pangi menyampaikan, hadirnya lawan dalam Pilkada merupakan hal yang baik.
Menurutnya, adanya lawan akan membuat demokrasi lebih sehat.
"Ini sehat bagi demokrasi kita karena ada lawan, ada kompetisi," ujar Pangi.