Biasanya, pada saat hari biasa, Deni akan menjadi incaran rombongan ibu-ibu. Deni bilang, para ibu-ibu ini ingin difoto dan kebanyakan dari mereka ingin hasilnya dicetak.
"Rombongan [ibu-ibu] itu pengennya cetak. Ibu-ibu rombongan bus pengennya cetak, kecuali ibu-ibu [yang datang dengan] mobil pribadi, pengennya file (dalam bentuk soft copy," ujar Deni
"Ibu-ibu yg agak tua biasanya pengennya cetak. Kebanyakannya," kata Deni lagi.
Deni mengatakan, tukang foto keliling yang ada di Masjid Al Jabbar totalnya ada 40 orang. Mereka semua merupakan tukang foto keliling yang resmi.
Untuk menjadi tukang foto keliling yang resmi, setiap orang harus membayar Rp 500 ribu per bulan kepada pihak Masjid Al Jabbar.
Dia memandang jumlah tersebut tak menjadi persoalan. Sebab, penghasilanya dalam sebulan bisa lebih dari Rp 500 ribu. Bahkan lebih dari Rp 1 juta.
"Sebulan bisa lebih [dari sejuta]. Hari-hari biasa kalau Sabtu Minggu itu bisa dapat Rp 700 ribu misalnya. Dipotong biaya cetakan, terus bagi dua dengan yang punya kamera, bersihnya Rp 300-400 ribu," ujar Deni.
Sementara itu, jika pada bulan puasa seperti sekarang ini, yang jumlah pendatangnya menurun, ia hanya mengantongi Rp 150 ribu pada akhir pekan dan Rp 80-100 ribu pada hari biasa.
Meski demikian, ini tak menyurutkan semangat Deni. Ia senantiasa datang ke Masjid Al Jabbar sejak pukul 7 pagi, menawarkan jasanya hingga malam hari.