Laporan wartawan Tribun Jogja, Ikrob Didik Irawan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sadi Pawiro, nenek berusia 80 tahun ini hanya bisa terbaring lemas di posko kesehatan di Stadion Maguwoharjo. Gejala stroke nenek renta yang seluruh rambutnya telah memutih ini kambuh di pengungsian, Sabtu (6/11/2010) siang. Warga Ndoyo, Wukir Sari, cangkringan ini hanya ditemani oleh kedua anaknya kakak beradik Rajinah (53) dan Martinah (47) yang juga sudah lanjut usia.
Ketika Tribun Jogja mencoba untuk mengajak bicara, nenek yang telah memiliki lima cucu ini terlihat sangat lemah hingga suara yang dikeluarkan sangat lirih nyaris tak terdengar. “Tadi siang, gejala stroke ibu saya kambuh. Badanya panas, anggota badanya tak bisa digerakkan dan keluar banyak keringat. Lalu dibawa ke posko kesehatan ini,” jelas Rajinah, mencoba menjelaskan.
Rajinah bercerita, gejala stroke tersebut ibunya kambuh lantaran terlalu capek ketika mengungsi. Sebab sejak letusan merapi pertama beberapa waktu lalu, bersama dengan ibunya Dia telah mengungsi sebanyak dua kali. “Awalnya kami menginap dirumah adek saya, di daerah Ngaglik. Namun karena daerah tersebut juga harus di kosongkan maka kami dipindah ke Maguwoharjo ini,” paparnya.
Rajinah tiba di Maguwoharjo sekitar Jumat siang. Malamnya karena kondisi yang lemah sang ibu tidur di mobil, namun Sabtu pagi kondisi kesehatan menurun drastis. Hingga akrirnya gejala stroke yang telah lama diderita kambuh. “Mungkin ibu kecapekan dan stres dipengungsian. Saya ingin cepat pulang tak kerasan di sini,” keluhnya.
Saat mengungsi, rajinah mengaku tak sempat membawa apapun. Hanya pakaian yang melekat di badan, sehingga dirinya tak punya pakaian cadangan. Beruntung Sabtu pagi ada pakaian bekas layak pakai yang dibagikan. “Tadi dapat beberapa pakaian bekas yang masih layak pakai, sehingga bisa untuk ganti,” ujarnya sembari menunjukkan sejumlah pakaian.
Stroke Mbah Sadi Kumat di Pengungsian
Editor: Prawira
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger