News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Merapi Meletus

Murjinem Trauma Gempa Mei 2006

Editor: Juang Naibaho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ANTRE MAKAN - Sejumlah pengungsi antri untuk mendapat jatah makan di barak pengungsian Dompol, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (4/11/2010). Untuk setiap kali makan dapur umum PMI menyiapkan sebanyak kurang lebih 2.000 porsi makanan untuk pengungsi di barak tersebut.

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Edi Cahyono dan Adrozen Ahmad

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
"Keluar, keluar, ada gempa besar!" Demikian teriak sejumlah warga Desa Kasongan, Kasihan, Bantul kepada Murjinem (45), pemilik galeri Mujiman Keramik, saat dia sedang berada di rumah seorang tetangganya yang tengah punya hajat.

Murjinem pun tergesa-gesa keluar dari rumah karena atap-atap seng di rumah itu bergetar-getar saat terjadi gempa tektonik pada Selasa (9/11/2010) sore pukul 14.43 WIB. Gempa yang berpusat sekitar 125 kilometer barat daya Bantul ini berkekuatan 5,6 Skala Richter.

"Saya masih trauma gempa Mei 2006, begitu juga dengan warga di sini," ujar perempuan yang mengaku baru kembali tenang setelah satu jam gempa berlalu.

Menurut Murjinem, jika gempa terjadi di malam hari warga yang ronda di sekitar rumahnya akan memberi isyarat peringatan dengan pukulan kentongan. "Tapi kalau siang begini ya tidak ada," katanya.

Hal serupa juga dirasakan Moko (32), pemilik galeri Moko Keramik. Lelaki yang hidup bersama dua kakak perempuan dan ibunya itu berlari keluar rumah ketika melihat tembikar-tembikar dagangannya bergerak-gerak.

"Kakak saya yang sudah berada lebih dulu di luar rumah berteriak-teriak agar saya segera keluar. Bahkan kakak saya yang satunya lagi harus masuk kembali ke rumah untuk mengambil putrinya yang masih tidur di dalam," cerita Moko panjang lebar.

Ibu Moko, Amat Langgeng (74), saat gempa terjadi tengah tidur di dalam kamar. Begitu getaran mulai terasa ia dengan tergesa-gesa beranjak ke luar rumah.

"Sampai sekarang pun ibu masih belum berani masuk ke dalam," ujar Moko tentang ibunya yang sudah tua dan menderita gangguan pendengaran itu. Lain halnya dengan Mini Bianturi (27).

Pemilik galeri Natural Ceramic II ini ini mengaku juga masih trauma dengan kejadian gempa Mei 2006. Saat itu dia sempat lari keluar, namun ketika getaran mereda dia kembali masuk ke galerinya.

"Kakak saya sempat telepon menanyakan kabar setelah dia menonton berita di televisi," tuturnya
Tak jauh beda dengan apa yang dirasakan pasangan Rejo Utomo alias KemisĀ  (62) dan Ny Rejo Utomo (58), warga Dusun Sentanon, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul.

Mereka berdua bahkan mengaku sudah mempersiapkan diri untuk berlari keluar rumah jika sewaktu-waktu gempa terjadi. "Pintu rumah saya tidak pernah dikunci. Dengan begitu lebih mudah untuk melarikan diri," ujar lelaki yang mengaku tidak takut jika rumahnya dimasuki pencuri.

Dari pantauan Tribun sepanjang jalan Bantul hingga Srandakan dan juga jalan Parangtritis, gempa yang terjadi Selasa sore tadi tidak mengakibatkan kerusakan fisik. Meski demikian banyak warga yang keluar rumah karena khawatir gempa Mei 2006 terulang.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini