Laporan wartawan Tribun Jambi, Deni Satria Budi dan Fendry Hasyari
MUARO JAMBI, TRIBUNNEWS.COM -- Salah satu penumpang bus Handoyo yang selamat dalam kecelakaan maut di Jambi, Sutarjo (40) tidak ingat bisa keluar dari posisi bus bagian depan atau belakang. Yang pasti Sutarjo bersyukur bisa keluar dari bus.
"Butuh waktu lama untuk bisa keluar. Saya tidak ingat lamanya, yang pasti saya berjuang sendirian," ujarnya.
Sutarjo mengaku baru kali pertama ke Sumatera. Dia berangkat bersama kakaknya dan satu tetangga menuju ke Pekanbaru. Tujuannya adalah mendatangi adiknya yang ingin membangun rumah.
"Saya, kakak saya dan satu tetangga mau membantu adik saya yang membangun rumah. Kami duduk di nomor 17,18 dan 19. Sebenarnya oleh adik disuruh membeli tiket bus lain saja, tapi ini adalah pilihan kami, karena busnya lebih nyaman. Ternyata malah menjadi seperti ini," kata Sutarjo yang mengalami luka dalam di bagian dada.
Sutarjo tidak tahu penyebab kecelakaan. Dia menduga jika bus mengalami pecah ban atau si sopir mengantuk. Sebab, dia merasakan jalur jalan berkelok dan naik turun. Setelah melintasi tanjakan, mobil menyusuri jalan turun, lalu geruling ke arah kanan atau tengah jalan. Lalu terguling-guling hingga ke jurang.
"Untung jurang tidak terlalu dalam, sehingga kakak saya dan saya bisa selamat. Kemudian satu tetangga sedang diurus kakak saya. Dia mengalami luka-luka," katanya.
Sutarjo mengaku tidak menghubungi keluarganya di kampung, Samigaluh, Kulonprogo. Takut kalau malah keluarganya bingung. Sebab dia sendiri juga bingung dengan keadaan ini. Dia pun bertanya-tanya, apakah bisa mendapatkan asuransi kecelakaan.
Sementara Mahdun Amin (26), seorang penumpang yang mengalami luka ringan di kepala mengatakan pada saat kejadian, cuaca bagus tidak hujan. Namun menurutnya, bus yang ia tumpangi dari Lampung tersebut melaju dengan kecepatan tinggi. Padahal menurut Amin, jalan yang dilalui berbelok-belok.
"Saat itu di tanjakan dan tikungan, saya pikir tidak sampai terbalik waktu saya merasa bus miring. Tapi, baru saja saya mikir, tiba-tiba terdengar suara keras dan bus terguling. Yang saya ingat busnya terbalik tiga kali. Dan, saya tahu-tahu terpental dan sudah berada di luar bus. Setelah itu kepala saya pusing dan tidak tahu harus berbuat apa lagi," kata Amin seraya menambahkan ia melihat penumpang lain banyak terjepit di dalam mobil.
Sementara itu, pihak RSUD Sengeti, M Aminuddin mengatakan, para korban kecelakaan tiba di rumah dengan dijemput ambulans berulang kali. Seluruh korban yang datang dirawat untuk mendapatkan pertolongan pertama.
"Kami harus menjemput korban pulang-pergi, karena banyak yang luka," kata seorang sopir ambulans.
Paramedis dan dokter sibuk merawat di Unit Gawat Darurat. Karena tempatnya tak mencukupi, maka di di ruang depan UGD pun dijadikan tempat perawatan.
Dari seluruh korban, empat di antaranya meninggal dunia. Sedangkan beberapa orang, setelah mendapat pertolongan pertama, langsung dirujuk dilakukan pertolongan pertama, namun harus dirujuk ke Kota Jambi.
"Yang kita rujuk ke RSUD Raden Mattaher lima orang. Satu di antaranya kondisinya kritis dan harus mendapatkan pertolongan dari rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap. Di rumah sakit Asia Medika satu orang, dan tiga orang di Rumah Sakit Theresia. Awalnya tiga orang itu akan kita rujuk ke rumah sakit umum. Tapi mereka minta di rumah sakit swasta. Makanya kita kirim ke sana," jelas Aminuddin, perawat yang menangani korban kecelakaan.
Menurut seorang perawat, luka para korban tewas sangat parah. Ada yang sampai keluar ususnya, kepalanya luka parah hingga ada satu korban yang hamil. "Dia hamil empat bulan," katanya.
"Saya tidak tahu, bagaimana dengan yang meninggal ini. Polisi sudah menghubungi keluarganya, namun kita tunggu saja sampai ada yang menjemput," kata perawat itu.
Sedang seorang keluarga korban mengaku ngeri lihat posisi bus yang terbalik di jurang itu. "Saya lemas dan hanya bisa pasrah ketika melihat posisi bus. Saya tidak tahu bagaimana keadaan adik saya saat itu. Dia mengalami luka," kata seorang keluarga korban.(udi/dry)
Sutarjo: Setelah Tanjakan lalu Turun dan Terguling
Editor: Tjatur Wisanggeni
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger