Laporan Tribun Jogja, Setya Krisna Sumargo
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus
penjualan artefak sisa erupsi Merapi miik warga Dusun Ngepringan di
Jogja National Museum terkuak Jumat (11/2/2011) siang. Dikutip dari
situs indonesiaartnews.co.id, Sabtu (12/2/2011), masalah diketahui saat warga Ngepringan datang ke JNM.
Seusai
shalat Jumat, belasan warga Dusun Ngepringan, Desa Wukirsari, Kecamatan
Cangkringan, Sleman, dan beberapa anggota panitia Jogja Art Share (JAS)
hendak mengambil artefak yang dititipkan setelah dipamerkan di JNM
akhir Desember 2010.
"Tapi, setelah tiba di
lokasi, ternyata artefak-artefak itu lenyap sama sekali! Bahkan dijual
secara sepihak oleh JNM." Demikian tertulis dalam berita di indonesiaartnews.co.id. Secara kronologis, pameran yang menempatkan artefak Merapi itu adalah pameran amal seni rupa "Jogja Gumregah".
Pameran
itu awalnya berlangsung berlangsung 10-17 Desember 2010. Lalu
diperpanjang hingga 24 Desember 2010, dan menempati tiga lantai dari
gedung pameran JNM di sisi utara. Materi pamerannya, selain karya-karya
seni lukis dan patung para seniman yang jumlahnya sekitar 500 karya.
Juga
ada artefak Merapi, yakni berupa benda-benda yang terkena aliran lahar
panas dan awan panas gunung Merapi yang merupakan harta benda milik
warga Dusun Ngepringan. Harta benda itu diniatkan sejak awal untuk
dipamerkan secara khusus di semua ruang pameran di lantai satu.
Ada
sekitar enam truk dikerahkan untuk mengangkut artefak tersebut dengan
bantuan langsung dari warga setempat dan panitia JAS hingga kemudian
terdisplai dengan baik di JNM.
Tak kurang
dari Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr Samsul
Maarif, menyatakan salut atas pameran yang sangat menarik simpati
tersebut.(*)