Laporan Wartawan Pos Kupang, Fredy Bau
TRIBUNNEWS, COM, KUPANG--Tim Frenly (Frans Lebu Raya-Beny Litelnoni) mengklaim menang 51,16 persen. Klaim ini berdasarkan data formulir C1 KWK yang dikumpulkan saksi di seluruh tempat pemungutan suara (TPS), minus 11 TPS di Timor Tengah Selatan (TTS). Data itu diyakini akurat karena formulir itu juga menjadi acuan KPU dalam mentabulasi data untuk diplenokan.
"Kami tidak ingin mendahului KPU sebagai lembaga penyelenggara, tapi masyarakat NTT, terutama pendukung Frenly ingin mengetahui hasil itu secara cepat. Kami yakin data yang kami miliki sama dengan yang dimiliki KPU karena sama- sama memegang formulir C1 KWK yang dikeluarkan oleh KPU," kata Ketua Tim Pemenangan Frenly, Kristo Blasin, diamini Sekretaris DPD PDIP NTT, Nelson Matara saat jumpa pers di DPD PDIP NTT, Minggu (26/5/2013).
Sementara dalam jumpa pers di Hotel Romyta Kupang, Minggu (26/5/2013) malam, tim pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT, Esthon-Paul membeberkan dugaan kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan Paket Frenly dan timnya untuk mendapat perolehan suara yang signifikan.
Jumpa pers PDIP dihadiri pengurus partai politik pendukung Frenly, yakni Golkar oleh Mohamad Ansor, Ketua DPD Hanura, Jimmy Sianto, pengurus DPW PKB NTT, Ana Waha Kolin, Wakil Ketua PKS, Muhamad Guhir,
Kristo mengatakan, Frenly mengungguli Esthon-Paul pada 11 kabupaten, yakni Timor Tengah Utara, Belu, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat. Sementara di kabupaten lain, Frenly juga mendapat suara yang lumayan, walaupun tidak signifikan.
Akumulasi perolehan suara dari 21 kabupaten/kota yang direkap oleh tim pemenangan Frenly bersama Koalisi Kebangsaan, kata Kristo, Frenly mengoleksi 1.058. 789 atau 51,16 persen, minus 11 TPS di TTS, sedangkan pasangan Esthon-Paul mengumpulkan 1.010.812 suara atau 48,84 persen dari total suara sah 2.069.601. Sementara daftar pemilih tetap untuk pilgub putaran kedua sebanyak 3.027.283 dengan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) 8.361.
Kristo menjelaskan, hasil yang diraih Frenly berkat kerja keras semua pihak, terutama partai pendukung dan partai koalisi yang terus menerus mendekati dan meyakinkan rakyat bahwa Frenly merupakan figur yang cocok memimpin NTT lima tahun ke depan. Dengan pengalaman Frans Lebu Raya selama lima tahun, kata Kristo, tidak perlu diragukan lagi.
Pendapat yang sama dikemukakan Mohamad Ansor dari Golkar, Ana Waha Kolin dari PKB, Jimmy Sianto dari Hanura dan Muhamad Guhir dari PKS, sedangkan PPP tidak hadir dalam acara jumpa pers itu.
Menurut Ansor, koalisi kebangsaan ini tidak hanya selesai di pilgub tapi terus berlanjut pada pilkada di kabupaten yang masih sedang proses penjaringan.
Pelanggaran
Tim pemenangan Paket Esthon-Paul dalam jumpa pers tadi malam mengungkapkan, berdasarkan hasil perhitungan sementara tim itu, Paket Esthon-Paul unggul sementara atas Paket Frenly dengan perolehan suara, Esthon-Paul, 997.043 atau 51,70 persen dan Paket Frenly sebanyak 931.473 atau 48,30 persen.
Data yang sudah berhasil dihimpun tim ini adalah sebanyak 1.928.516 atau sebanyak 63,74 persen. "Data ini berdasarkan formulir C1 KWK yang kami rekap," kata Gabriel Beri Binna selaku pemandu jumpa pers ini.
Sementara data rincian rekapitulasi per kabupaten belum bisa diberikan kepada media karena alasan masih harus diverifikasi tim lantaran data format C1 KWK tidak masuk secara serentak.
Setelah menyampaikan hasil perolehan suara sementara, Beri Binna mengatakan pasangan Esthon-Paul dan tim pemenangannya mengajak seluruh masyarakat agar menghargai proses perhitungan yang dilakukan KPU dan jaringannya. Ia juga meminta agar semua elemen mengawal proses ini agar tidak dicederai praktik kotor.
"Kita tidak hanya prioritaskan hasil tapi prosesnya yang harus sesuai asas-asas kepemiluan dan tidak dicederai oleh trik manipulasi," tegasnya.
Beri Binna lantas mempersilakan kuasa hukum Paket Esthon-Paul, Ali Antonius untuk membeberkan berbagai dugaan pelanggaran yang dilakukan Paket Frenly.
Menurut Ali, pihaknya telah mendapat informasi dan data terkait dugaan kecurangan yang terjadi di beberapa daerah. Di Sumba Barat Daya, ada oknum yang tertangkap tangan melakukan pencoblosan lebih dari 10 kali.