Bagaimana soal privasi penyewa kamar? “Di iklan, saya hanya minta yang menyewa itu orang baik-baik. Tapi, penghuni di sini memang bebas keluar masuk,” jawab Nancy.
Dengan kenyataan seperti itu, maka tak terlalu mengherankan bila hotel low budget terang-terangan merasa terancam dalam persaingan. Apalagi, beberapa hotel melati, kalah bersaing karena tak mampu melakukan modernisasi fasilitas yang mereka miliki.
Di indekos mewah misalnya, sudah menyediakan televisi LCD untuk pelanggan. Sementara banyak hotel yang masih menggunakan televisi tabung. Atau soal pilihan mebel, dengan mebel bergaya minimalis cenderung lebih banyak disukai, ketimbang yang berlanggam klasik.
“Kami sebetulnya sudah sarankan pembaharuan fasilitas buat hotel-hotel yang mulai kalah bersaing. Tapi, kami menyadari, itu hal yang sulit dilakukan, karena butuh anggaran besar. Sementara bisnis hotel, Anda tahu margin profitnya sangat minim, karena ketatnya persaingan,” sambung Sholeh.
Persoalkan Izin
Kalangan pengelola hotel sendiri semakin meradang dengan indikasi maraknya rumah indekos eksklusif yang tidak berizin. Ini membuat mereka semakin sulit mengejar disparitas harga.
Sholeh menengarai, masih banyak indekos mewah yang tidak berizin. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) mereka tidak terdaftar untuk penginapan komersial. Dengan IMB dan izin sebagai tempat tinggal pribadi, pemilik rumah kos bisa menekan harga sewa untuk menarik pelanggan.
“Bisnis indekos memang jadi peluang bagus. Mereka tidak perlu bayar pajak, tapi bisa menyediakan penginapan sekelas hotel. Tapi imbasnya, kami yang legal ini, jelas kalah bersaing. Jelas, kami terus mendesak pemerintah kota untuk menertibkan mereka,” keluh Sholeh.