Laporan Wartawan Tribun Jateng, A Prianggoro
TRIBUNNEWS.COM - "Munafik kalau saya bilang saya tidak takut. Saya sangat takut, tetapi saya lebih takut bila saya tidak bisa menjalankan tugas sebagai polisi," kata Kapolres Kendal, AKBP Asep Jenal.
Itulah yang diungkapkan Asep saat ditanya bagaimana perasaannya saat hendak mengevakuasi ormas FPI dari kepungan ribuan warga di alun-alun Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Kendal, Kamis (18/07/2013) malam.
Saat ditemui di ruangannya di Mapolres Kendal, Jumat (19/07/2013) sekitar pukul 01.00, Asep yang masih memakai seragam dinas lengkap sedang tertidur dengan posisi duduk di kursi kerjanya. Ia terjaga kemudian buru-buru beranjak dan menyalami Tribun Jateng (Tribunnews.com Network).
"Kamis (19/05/2013) pukul 05.00 saya baru sampai di Mapolres setelah dari Sukorejo, kemudian pukul 12.00 sudah sampai lagi di Sukorejo dan baru balik lagi ke kantor beberapa jam lalu. Mari silahkan duduk," ujarnya perwira kelahiran Ciamis, 7 Juli 1967 itu.
Asep menceritakan, ia berjalan memutar di antara kerumunan warga selama proses evakuasi puluhan orang dari sebuah ormas yang dikepung massa di masjid di dekat alun-alun Sidorejo. Sembari membawa toa atau megaphone, Asep meminta masyarakat untuk tidak bertindak anarkhis dan humanis.
"Yang ada di dalam benak saya saat itu bagaimana saya mencegah masyarakat untuk tidak melakukan tindakan yang melanggar undang-undang. Saya tidak melihat siapa itu masyarakatnya," kata bapak dari dua anak ini.
Saat itu Asep mengaku deg-degan karena anggota polisi dari Polres Kendal yang berada di lokasi kejadian hanya sekitar 200 personel. Sementara jumlah warga yang datang semakin lama semakin bertambah hingga jumlahnya ribuan. Mereka mulai merangsek mendekati masjid, tempat di mana para anggota ormas menyelamatkan diri dari kepungan warga.
Sekitar pukul 14.00, terjadi insiden kecelakaan yang menewaskan seorang warga, Tri Munarti, akibat ditabrak mobil yang dikemudikan oleh anggota ormas tersebut. Massa pun semakin geram, sementara Asep harus tetap merendamnya.
"Saya hanya berdoa kepada Tuhan supaya saya diberi kekuatan. Saya yang memimpin pasukan ini supaya bisa diberi ketenangan dan diberikan pikiran yang jernih untuk mengambil tindakan dan sikap yang tidak salah," ujarnya.
Bantuan pasukan sekompi dari Polda, Brimob, dan Kodim, yang tiba di lokasi membuat Asep merasa sedikit lega. Meski demikian, Asep sadar bila proses evakuasi harus segera dilakukan namun tetap tidak boleh gegabah.
"Saya kemudian muncul ide untuk memilih waktu saat buka puasa karena kemungkinan besar masyarakat akan pulang ke rumahnya masing-masing. Ternyata benar, saat buka puasa sebagian massa pulang kemudian saya mengangkut para anggota ormas itu memakai truk. Mereka dapat selamat, meski mobil dan sepeda motor mereka sempat ketinggalan di lokasi," ujar mantan Kapolres Salatiga dan mantan Kasubdit Tipiter Ditreskrimsus Polda Jateng ini.